Pada zaman modern ini, hubungan antara anak dan orang tua cenderung kurang diperhatikan di dalam suatu keluarga, padahal hubungan ini sangatlah penting karena juga dapat membentuk karakter seorang anak nantinya. Melalui love language, baik anak maupun orang tua dapat berkomunikasi sehingga mampu untuk lebih memahami perlakuan seperti apa yang disukai oleh masing-masing agar dapat terciptanya hubungan yang lebih erat. Penulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui makna love language bagi anak dan orang tua serta mengetahui apakah love language dapat menjadi motivasi dalam berkomunikasi untuk mempererat hubungan antara anak dengan orang tua. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan jenis penelitian studi fenomenologi. Untuk teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Keterbukaan Diri (Self-Disclosure). Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Serta untuk teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Moustakas. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa love language memiliki makna yang berbeda-beda tergantung dari masing-masing individu akan tetapi tujuan akhir yang dimiliki tetap sama, yaitu untuk menciptakan keeratan hubungan antara anak dan orang tua. Makna dari love language itu sendiri adalah untuk meminimalisir ekspetasi, menunjukkan perhatian, untuk merasa dicintai, terjadinya hubungan timbal balik, membentuk hubungan yang baik, untuk menyemangati, mengerti perasaan orang lain, dan memenuhi kebutuhan. Love language juga dapat menjadi motivasi untuk berkomunikasi dengan anak atau orang tua agar dapat terciptanya hubungan yang lebih erat.