In this article, we delve into the topic of how religious communities in Indonesia have adapted to the rise of information, technology, and communication. Specifically, we observe the Nias community in Ulu Moro'o District in West Nias Regency, North Sumatra, utilizing a religious psychoanalytic approach. Using grounded theory as a data theorization method, this empirical qualitative research sheds light on the social problems that technology has created in terms of spirituality and emotional tension among indigenous and religious communities. However, it has also served as a mechanism for comforting oneself over past events such as natural disasters. Furthermore, this article proposes a theology of social change in church, society, and customs as a distinct scientific discipline. It recognizes indigenous and religious communities as living social texts that result from self-awareness, imagination, reasoning, and daily life experiences, influencing their attitudes towards the church in changing times, particularly due to the digitization of traditional villages. Abstrak Artikel ini mengkaji bagaimana perubahan perilaku umat beragama terhadap booming informasi, teknologi, dan komunikasi di Indonesia - seringkali menimbulkan persoalan tersendiri - dengan menjadikan masyarakat Nias di Kecamatan Ulu Moro’o di Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara sebagai subjek penelitian. Tidak seperti penelitian sebelumnya, masyarakat Nias (di sini dilihat dalam kerangka masyarakat adat) justru diamati dari pendekatan psikoanalisis keagamaan. Dari sana dapat dikonstruksi pengetahuan yang terbilang baru bahwa terjadinya perubahan sosial memang sangat bisa menimbulkan ketegangan emosional pada masyarakat adat dan masyarakat beragama tetapi juga ada faktor lain, misalnya kehadiran teknologi menjadi salah satu mekanisme untuk penghiburan diri secara sosial atas peristiwa masa silam yang menakutkan sehingga meskipun telah berlalunya waktu, peristiwa namun hal-hal itu tetap saja tidak mudah untuk dihapuskan secara benar-benar bersih dari memori bersama. Penelitian ini adalah jenis kualitatif empiris dengan grounded theory sebagai metode teoritisasi data. Arti penting artikel ini adalah mengusulkan teologi perubahan sosial di gereja, masyarakat, adat sebagai bidang disiplin ilmu mandiri, dengan menempatkan komunitas masyarakat beradat dan beragama sebagai teks sosial yang hidup, sebagai hasil kesadaran diri, imajinasi, penalaran, dan pengalaman hidup sehari-hari yang mempengaruhi perilaku konservatisme mereka terhadap gereja dan perubahan zaman, khususnya akibat digitaslisasi desa adat. Kata Kunci: Digitalisasi: Nias; Psikoanalisis Masyarakat; Teologi Perubahan Sosial; Ulu Moro’o