Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani

Tuhan Allah Impoten ? Kajian Kritis Terhadap Pengajaran Suhento Liauw Lawolo, Mey Daman; Buaya , Nur Hayati
Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 3 No. 1 (2024): November 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64005/jtpk.v3i1.48

Abstract

Abstract. According to the Bible, the purpose of the creation process is a statement about the existence and power of God. However, in Indonesia, there is Buddhism, which has the concept of God not as a creator, but a supreme state that is the purpose of life. As a non-theistic religion, it believes in the concept of the law of karma as a reference for living a life. This difference raises the question of whether the concept of God's predestination as proposed by John Calvin about God's absolute election from the beginning or a free will given by God to humans to respond to the salvation offered by God. The purpose of this study will bring understanding to Christians in evangelizing, preaching salvation to Buddhist groups. The methodology used is qualitative comparative analysis of each teaching. The conclusion is that every human being apparently seeks the ultimate goal of life which in Buddhism is called Nibbana and Christians identify as salvation. Nibbana can be achieved by the efforts of each individual by practicing the eightfold path of purity, and Christians can preach about Christ who gives the Helping Spirit, namely the Holy Spirit who will teach, remind, rebuke and give strength to be able to live life until reaching the final goal. Abstrak. Kedaulatan Allah merupakan topik yang sangat menarik dan telah memuat pro kontra yang tak kunjung berhenti menemukan titik temunya. Posisi kontranya seseorang terkait topik ini dilatarbelakangi dengan pemahaman manusia yang independen di hadapan Allah. Seperti yang diutarakan Suhento Liauw, dengan menjunjung tinggi kedaulatan Allah dan meminimalisir keberadaan manusia yang memiliki kebebasan maka hal itu merendahkan Allah dalam pengertian yang keliru. Bagi Suhento, setiap ajaran yang tidak mengakui kebebasan manusia dalam merespons kedaulatan Penciptanya, maka ajaran tersebut menghujat Allah dan menjadikanNya sebagai sosok yang kejam. Dengan menggunakan metode studi pustaka, kami menemukan bahwa pengajaran Suhento Liauw mengarah pada spirit atheism yang tidak berdasarkan kebenaran Alkitab. Sebaliknya, Alkitab menyatakan Allah yang berdaulat mengatur segala sesuatu yang dilakukan manusia, menentukan destinasi manusia oleh kehendakNya dengan disertai jaminan kekal yang ada di dalamnya. Sehingga, setiap orang yang telah mengenal kedaulatan Allah memperoleh kebahagiaan, ketentraman dan penghiburan yang abadi. Kedaulatan Allah tidak membatasi manusia berkreativitas di hadapanNya, melainkan mendorong manusia (umat pilihan) untuk berkarya bagi Allah demi keagungan dan kemuliaan-Nya.
Fangotome’õ Satua : Tinjauan Sosio-Teologis terhadap Sikap Menghormati Orang Tua Lawolo, Mey Daman
Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 3 No. 2 (2025): Mei 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64005/jtpk.v3i2.185

Abstract

Abstract. One of the tribes in Indonesia that has a diverse culture is the Nias tribe. A culture that is still actively practiced by Nias people is fangotome’õ satua which literally means entertaining parents at certain moments such as parents being seriously ill or approaching death. Fangotome’õ satua is the responsibility of every child to their parents and expresses their respect. Using descriptive qualitative methods, the author found that whether or not this event is held determines the status of children in the eyes of the community. They can get famago mbawa from the surrounding community. Therefore, children try as much as possible to entertain their parents while living in the world or even during fangasi or fame’e gõ zo halõẁõ. The Bible affirms the absoluteness of honoring parents regardless of their time and circumstances. God who is the ultimate goal in the commandment teaches children to submit to divine authority through the presence of parents. Therefore, the Bible transforms the values contained in the fangotome’õ satua event so that every child respects and obeys their parents as long as they are alive in this world without waiting for a special moment. Abstrak. Salah satu suku di Indonesia yang memiliki budaya yang beragam adalah suku Nias. Budaya yang masih aktif dilakukan oleh orang Nias adalah fangotome’õ satua yang harfiahnya berarti menjamu orang tua pada momen tertentu seperti pada saat orang tua sakit keras atau mau mendekati ajalnya. Fangotome’õ satua merupakan tanggung jawab setiap anak kepada orang tuanya dan merupakan ungkapan rasa hormat anak terhadap orang tuanya. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, Penulis mendapatkan bahwa terlaksana tidaknya acara ini sangat menentukan status anak-anak di mata masyarakat. Mereka dapat mendapat famago mbawa dari masyarakat sekitar apabila hal ini tidak dilaksanakan. Sebab itu, anak-anak berusaha semaksimal mungkin menjamu orang tua selama hidup di dunia. Apabila tidak sempat menjamu orang tua, maka anak-anak harus melakukan fangasi atau fame’e gõ zohalõẁõ setelah orang tua meninggal sebagai bentuk hormat kepada orang tua. Alkitab mengafirmasi kemutlakan menghormati orang tua tanpa memandang waktu dan keadaan mereka. Allah yang menjadi tujuan utama dalam perintah tersebut mengajarkan anak-anak supaya tunduk pada otoritas ilahi melalui kehadiran orang tua di tengah-tengah keluarga. Oleh sebab itu, Alkitab mentransformasi nilai-nilai yang terkandung dalam acara fangotome’õ satua supaya setiap anak menghormati dan menaati orang tuanya selama mereka masih hidup di dunia ini tanpa menunggu momen-momen yang tertentu.