Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam rekonstruksi dan reaktualisasi Tudang Sipulung sebagai basis perdamaian, dengan memfokuskan perhatian pada pemaknaan Gereja Toraja Jemaat Seriti. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan jenis deskriptif. Dari hasil penelitian, Gereja Toraja Jemaat Seriti memaknai tradisi Tudang Sipulung sebagai basis perdamaian. Karena tradisi Tudang Sipulung dapat menjadi ruang negosiasi dan mediasi yang berlangsung berdasarkan prinsip-prinsip demokratis, dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal seperti Sipakatau (saling menghormati atau menghargai), Sipakainge’ (saling menasehati atau mengingatkan) dan Sipakalebbi (saling memuliakan). Tudang Sipulung berasal dari bahasa Bugis, Tudang berarti duduk dan Sipulung berarti bersama atau berkumpul. Tudang Sipulung memuat makna kerendahan hati untuk mau duduk bersama dalam memecahkan suatu persoalan secara bersama-sama sehingga terbangun keselarasan dan kebersamaan yang penuh cinta kasih dan damai sejahtera. This research aims to contribute to the reconstruction and re-actualization of Tudang Sipulung as a basis for peace, by focusing attention on the meaning of the Seriti Congregation Toraja Church. The research method used is qualitative with a descriptive type. From the results of the research, the Toraja Church Seriti Congregation interprets the Tudang Sipulung tradition as a basis for peace. Because the Tudang Sipulung tradition can be a space for negotiation and mediation that takes place based on democratic principles, by prioritizing local wisdom values such as Sipakatau (mutual respect or respect), Sipakainge' (advise or remind each other) and Sipakalebbi (glorify each other). Tudang Sipulung comes from the Bugis language, Tudang means sitting and Sipulung means together or gathering. Tudang Sipulung contains the meaning of humility to want to sit together to solve a problem together so that harmony and togetherness full of love and peace can be built.