Saupia, Renhard
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kesalingmengertian dalam Rumpun Bahasa Lamaholot di Pulau Lembata Silaen, Heppy; Saupia, Renhard
Bahasa: Jurnal Keilmuan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5, No 2 (2023): Bahasa: Jurnal Keilmuan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : ppjbsip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/bahasa.v5i2.654

Abstract

This study investigates which Lamaholot lects can be categorized as distinct, unintelligible languages and which speakers can understand each other and thus would be considered dialects of a single language. This issue has been blurry for decades (Eberhard et al., 2023; Edwards et al., 2019; Elias, 2017; Keraf, 1978). This study applies a participatory approach using dialect mapping (Anderbeck, 2018; Hasselbring, 2012), Lexicostatistics (Keraf, 1978), and observation. The data shows that (a) Ile Ape is understood by all Lamaholot lects (second best) except Lamalera and Levuka. (b) West Lembata (Bour) lect claims that they speak their lect with other Lamaholot which indicates that their intelligibility is high. This claim is lexicostatistical 65%; (c) Lewo Eleng lect understand Ile Ape however the lexical similarity based on Keraf (1978) is 54%. This research concludes that Ile Ape is asymmetrically intelligible to Lembata South, Lembata West, and Lamalera. AbstrakStudi ini menganalisis bahasa Lamaholot yang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang berbeda, yang tidak dapat dimengerti, serta penutur mana yang memiliki kesalingmengertian, sehingga akan dianggap merupakan dialek dari bahasa yang sama. Fenomena ini masih menjadi misteri dalam beberapa dekade (Eberhard et al., 2023; Edwards et al., 2019; Elias, 2017; Keraf, 1978). Penelitian ini menerapkan pendekatan partisipatoris dengan menggunakan pemetaan dialek (Anderbeck, 2018;(Hasselbring, 2012), Leksikostatistik (Keraf, 1978), dan observasi. Data menunjukkan bahwa (a) Ile Ape dimengerti oleh semua dialek Lamaholot (terbaik kedua), kecuali pada komunitas Lamalera dan Levuka (b) dialek/bahasa Bour di Lembata Barat berbicara dengan bahasa masing-masing, dengan 65% kemiripan berdasarkan leksikostatistik; (c) Lewo Eleng memahami Ile Ape, tetapi kesamaan leksikal berdasarkan Keraf (1978) adalah 54%. Penelitian ini  menyimpulkan bahwa Ile Ape memiliki kemengertian asimetris dengan Lembata Selatan, Lembata Barat, dan Lamalera.
KESALINGMENGERTIAN RUMPUN BAHASA MASSENREMPULU Saupia, Renhard
Linguistik Indonesia Vol. 42 No. 1 (2024): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/li.v42i1.553

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk mengukur kesalingmengertian antara bahasa-bahasa Massenrempulu: Duri, Enrekang, Maiwa, dan Malimpung. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan, apakah kelompok bahasa Massenrempulu merupakan satu bahasa tunggal, bagian dari Toraja-Sa’dan atau Bugis. Penelitian ini menggunakan Recorded Text Test (RTT) yang diperkenalkan oleh Casad (1974), Picture Pointing Task (PicTask) oleh Gooskens & Schneider (2016), serta lexicostatistics of 35-word lists dari Grimes & Grimes (1987) dan SIL Indonesia (1986). Temuan dari penelitian ini sebagai berikut: (1) Statistik kemiripan kosakata menunjukkan bahwa bahasa Duri lebih mirip dengan Toraja, bahasa Malimpung lebih mirip dengan Bugis, sedangkan bahasa Enrekang dan Maiwa memiliki kesalingmengertian yang tinggi; (2) RTT menunjukkan bahwa tingkat pemahaman kelompok bahasa Massenrempulu terhadap Duri tidak terlalu tinggi (<80%); penutur bahasa Maiwa dan Enrekang memperoleh skor sebesar 76-77%, sedangkan dalam uji kesalingmengertian rata-rata penutur bahasa Malimpung memperoleh skor sebesar 62%; (3) mayoritas penutur bahasa Massenrempulu lebih mengerti bahasa Enrekang (>74%) dibandingkan dengan Duri (59-72%). Penulis menyimpulkan bahwa bahasa Enrekang dan Maiwa memiliki kesalingmengertian dan dapat dikategorikan sebagai satu bahasa. Bahasa Malimpung disarankan untuk menjadi bagian dari bahasa Bugis karena memiliki kesalingmengertian yang rendah terhadap kelompok bahasa Massenrempulu. Walaupun demikian, karena keterbatasan penelitian ini, diperlukan kajian lebih lanjut terkait kesalingmengertian bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan bagian utara secara keseluruhan untuk melihat seberapa jauh kesalingmengertian antara bahasa Malimpung dan Bugis serta bahasa Duri dan Toraja.