Nursofa, Silvia
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN WISATA PANTAI TANJUNG KAIT DI KECAMATAN MAUK KABUPATEN TANGERANG Nursofa, Silvia; Zarkasyi Rahman, Amni; Hanani, Retna
Journal of Public Policy and Management Review Vol 13, No 2: April 2024
Publisher : Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jppmr.v13i2.43798

Abstract

Berdasarkan RENSTRA Disporabudpar Kabupaten Tangerang Tahun 2019-2023, Pantai Tanjung Kait adalah salah satu pantai yang sangat berpotensi karena tidak hanya memiliki objek wisata pantai, sehingga pantai ini sangat diminati oleh masyarakat. Namun, belakangan ini Pantai Tanjung Kait mengalami sepi pengunjung yang disebabkan oleh banyak faktor. Banyaknya permasalahan di Pantai Tanjung Kait tentu tidak dapat diselesaikan oleh satu instansi saja mengingat adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki, sehingga Pemkab Tangerang berupaya dengan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak atau yang disebut collaborative governance. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses collaborative governance dalam pengelolaan wisata Pantai Tanjung Kait serta faktor yang mendorong atau menghambatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses collaborative governance dalam pengelolaan Pantai Tanjung Kait sudah berjalan, tetapi masih belum optimal. Hal ini karena masih terdapat aktor yang belum menunjukkan komitmen yang kuat dalam kegiatan forum koordinasi, seperti kurang berpartisipasi secara aktif. Dalam upaya membangun kepercayaan juga masih terdapat aktor yang bersikap kurang terbuka yakni belum menyampaikan informasi secara menyeluruh. Faktor pendorong kolaborasi ini yaitu adanya kondisi awal yang baik karena para aktor memiliki kesadaran untuk berkolaborasi yang didorong oleh adanya keterbatasan sumber daya dari masing-masing aktor serta keberadaan pemimpin yang telah melakukan berbagai upaya dalam pemberdayaan aktor yaitu melalui pelatihan, pembinaan serta monitoring. Sedangkan, faktor penghambatnya adalah faktor desain institusional yaitu mencakup aturan dasar dalam proses kolaborasi dimana keterbukaan antar beberapa aktor dalam kolaborasi ini masih kurang.