Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERBEDAAN KOMUNIKASI BAHASA ANTARA ANAK USIA 9-10 TAHUN YANG DIASUH ORANG TUA DAN ANAK YANG DIASUH SAUDARA DI KAMPUNG PERS. BLANGKEDE KECAMATAN TERANGUN KABUPATEN GAYO LUES Alsabarni
Jurnal Pendidikan dan Sastra Inggris Vol. 1 No. 3 (2021): Desember: Jurnal Pendidikan dan Sastra Inggris
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jupensi.v1i3.938

Abstract

Children in the 9-10 age range are generally able to read well, and their communication skills are also starting to improve. The age range of 9-10 children is a transitional period from child to teenager and the role of parents is very important in building communication. This study aims to describe language communication between children aged 9-10 years who are cared for by parents and children who are cared for by relatives, and to describe the differences in language communication between children aged 9-10 years who are cared for by parents and children who are cared for by relatives in Pers Village. Blangkede, Terangun District, Gayo Lues Regency. Descriptive qualitative research using a case study strategy is in line with research on describing language communication in children aged 9-10. The ability of children in the Press Village. Blangkede, Terangun District, Gayo Lues Regency which has appropriate and structured language communication educated by parents is higher than the language communication of children aged 9-10 years who are educated by siblings, namely compared to 15 sentences and 12 sentences. Submission of children's language is more effectively channeled from parenting styles than other people's/relatives' parenting styles.
HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SANTRI ACEH DAN GAYO DI PESANTREN TERPADU AL-MADINATUDDINIYYAH SYAMSUDDHUHA ACEH UTARA Alsabarni; Sahrin, Alpi
AUFKLARUNG: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol. 1 No. 2 (2022): DESEMBER-JANUARI TAHUN 2022
Publisher : Education and Talent Development Center of Indonesia (ETDC Indonesia).

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51574/aufklarung.v1i2.350

Abstract

Muncunya pemahaman bahwa perbedaan budaya yang mudahmenghadirkan konflik harus mampu diminimalisir dan salingmenghargai keragaman budaya yang ada di dunia. Untuk itu,penelitian ini diarahkan untuk memahami hambatan komunikasiantarbudaya santri Aceh dan Gayo di Pesantren Terpadu AlMadinatuddiyyah Syamsuddhuha Aceh Utara. Metode penelitian inimenggunakan kualitatif deskriptif sebagai metode dalammemudahkan proses menganalisis data serta memahamifenomena-fenomena dari sudut atau perspektif partisipan yangdiajak berwawancara, diobservasi dan diminta memberikan datapendapat pemikiran dan persepsinya. Perbedaan antarbudayamenjadi penyebab komunikasi yang terjadi antar santri suku Acehdan Gayo di Pesantren Terpadu Al-MadinatuddiniyahSyamsuddhuha tidak berjalan dengan baik. Terdapat keunikandalam berbicara antar suku, serta kurangnya santri dalam menilaipendidikan bahasa sangat penting menjadi modal awal dalamkonflik yang terjadi saat ini. Perlu pemahaman yang lebih terhadapsusiolingustik diajarkan ke semua kalangan di kompleks pesantren.Beberapa faktor penghambat diantaranya berasal dari lembaga dansantri sendiri. Faktor yang menjadi penghambat berasal darisekolah antara lain kurangnya pehamahaman guru dalam mengajarmenggunakan bahasa resmi. Sedangkan faktor yang berasal darisantri antara lain budaya, bahasa dan lingkungan sebelumnya.Mengatasi hambatan antarbudaya diantaranya membuat santriterbiasa menggunakan bahasa Indonesia ketika beradadilingkungan Pesantren Terpadu Al-MadinatuddiniyahSyamsuddhuha Aceh Utara selama kurun waktu 3 (tiga) bulan,setelahnya dilanjutkan menggunakan kosa-kata bahasa asingseperti bahasa Arab dan bahasa Inggris. Metode lain adalahdengan membangun kembali mahkamah bahasa terlebih bahasadaerah. Atas dasar seperti ini akan menumbuhkan efek jeraterhadap pendidikan anak dan menimbulkan keharmonisan dalammenyatukan bahasa.