This article describes the cultivation of jatropha plant which was intensified during the Japanese occupation of the Bojonegoro Residency. Jatropha is a plant whose seeds contain oil which can be used as lubricating oil for weapons and ship engines. Therefore, the government made a strategy for planting jatropha to increase jatropha production in Bojonegoro. This raises the research question what is this historical background of the Bojonegoro Residency? How did the Japanese government implement the strategy of planting jatropha as a result of war economic policies in the Bojonegoro Residency? This research uses the historical method, which in the writing process uses primary sources in the form archives (newspaper, magazine and poster). The author found that the jatropha planting strategy from the Japanese government only increased jatropha yields by intensifying land use, making propaganda, and limiting the distribution of jatropha seeds so they would not leave the production area. Artikel ini menggambarkan budidaya tanaman jarak yang digiatkan selama pendudukan Jepang di Karesidenan Bojonegoro. Tanaman jarak merupakan tanaman yang bijinya mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai minyak pelumas senjata dan mesin-mesin kapal. Oleh sebab itu pemerintah membuat strategi atas penanaman jarak untuk meningkatkan produksi jarak di Bojonegoro. Hal ini memunculkan pertanyaan penelitian bagaimana latar historis Karesidenan Bojonegoro? Bagaimana pemerintah Jepang mengimplementasikan strategi penanaman jarak sebagai dampak kebijakan ekonomi perang di Karesidenan Bojonegoro? Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yang dalam proses penulisannya menggunakan sumber primer berupa arsip (surat kabar, majalah dan poster). Penulis menemukan fakta bahwa strategi penanaman jarak dari pemerintah Jepang hanya untuk melipat gandakan hasil jarak yang dilakukan dengan mengintensifkan penggunaan lahan, menciptakan propaganda, dan membatasi peredaran biji jarak agar tidak keluar dari daerah penghasilan.