Penelitian ini membahas tentang fenomena pembacaan Hadrah Basaudan sebagai solusi di masyarakat yang saat ini memiliki rendahnya tingkat kesadaran terhadap pentingnya membumikan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu menggali prosesi pelaksanaan dan pemaknaan tradisi Hadrah Basaudan serta melihat persepsi santri putri terhadap pembacaan Hadrah Basaudan. Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan metode deskriptif kualitatif yang menguraikan secara sistematis fakta dan data secara faktual. Sumber data utama yang digunakan adalah hasil wawancara dan survei kegiatan pembacaan Hadrah Basaudan yang dilakukan oleh santri putri pondok pesantren Hidayatus Salikin serta literatur yang relevan. Penelitian ini menggunakan teori paradigma masyarakat kultural oleh Emile Durkheim dan resepsi fungsional oleh Ahmad Rafiq. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Praktik tradisi pembacaan Hadrah Basaudan dilakukan dengan rutin dan berisi bacaan yang berintikan sebagai pujian kepada Nabi Muhammad disertai dengan interaksi terhadap ayat al-Qur’an yaitu surat al-Fatihah, surat Yasin dan surat al-Anbiya ayat 101-112 yang memiliki makna sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, Nabi Muhammad, dan tokoh-tokoh mulia dalam Hadrah Basaudan. 2) Persepsi para santri putri terhadap Hadrah Basaudan adalah sebagai proses pensucian diri kepada Ilahi, memperlancar bacaan al-Qur’an, perlindungan diri, tolak bala, penjagaan hati, pengabulan hajat, mempermudah urusan dan sebagai pengingat untuk diri.