Ahmad, Khader bin
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Komparasi Tafsir Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Quran Al-Karim dan Tafsir Al-Misbah tentang Makanan Halal dalam Al-Quran Khairunnisa, Aliviyah Rosi; Ahmad, Khader bin
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 3 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i3.29255

Abstract

Makanan halal dan tayyib tidak hanya terbatas pada kriteria makanan yang dibolehkan dalam syariat dan mengandung kandungan gizi yang baik. Tulisan ini mengkaji penafsiran Al-Quran tentang makanan halal, terumata membandingkan tafsir Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Quran Al-Karim karya Tantawi Jawhari dan tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Hasil dari penelitian ini mengungkap bahwa dalam menafsirkan Al-Quran, Tantawi Jawhari menggunakan metode tahlili. Dalam karyanya, "Tafsir al-Jawahir Fi Tafsir al-Quran al-Karim," ia mengadopsi pendekatan ilmiah yang fokus pada penafsiran Al-Quran dalam kerangka ilmu pengetahuan. Di sisi lain, tafsir al-Misbah yang ditulis oleh M. Quraish Shihab juga menggunakan metode tahlili (analisis) tetapi memiliki pendekatan sosio-kultural atau sosial kemasyarakatan. Dalam tafsir ini, penafsiran didasarkan pada konteks sosio-kultural masyarakat, dengan bahasa penafsiran yang mengacu pada aspek sosiologi. Tantawi Jawhari mendefinisikan makanan halal sebagai makanan yang diizinkan atau mubah untuk dikonsumsi manusia. Ia menggambarkannya sebagai "simpul tali yang telah dilepaskan," yang berarti makanan tersebut aman untuk dikonsumsi, tidak menimbulkan perasaan kebencian, dan tidak mendurhakai Allah. Tantawi juga menyoroti berbagai aspek makanan, termasuk aspek bahan dan cara perolehannya, serta presentasi makanan. Makanan halal harus benar-benar bersih dan tidak bercampur dengan najis. Di sisi lain, Quraish Shihab berpendapat bahwa tidak semua makanan yang tayyib (baik dan bermutu) adalah makanan yang halal dalam hal cara perolehannya. Begitu pula, tidak semua makanan yang halal dianggap tayyib. Ada makanan yang dapat dianggap halal dari segi zat dan cara perolehannya, tetapi mungkin tidak tayyib bagi seseorang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit atau alergi terhadap makanan tertentu. Dengan demikian, penting bagi umat Muslim untuk memahami tidak hanya status halal dan haram makanan tetapi juga kualitas dan cara perolehannya, serta memperhatikan kesehatan pribadi dalam memilih makanan yang sesuai.