Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

LAPORAN KASUS : KISTA DERMOID DEXTRA PADA PASIEN WANITA BERUSIA 28 TAHUN Azzadian Octa Kusuma; Yuhi Syaula; Sindiawani Gusvinda R; Bitha Ariyani; Muhammad Reza Pahlevi
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 2 No. 3 (2024): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v2i3.2634

Abstract

Kista pada rahang dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan dinding epitelnya, yaitu epitelial dan non epitelial. Kista non epitelial dapat berasal dari developmental dan inflamatori. Kista developmental terbagi menjadi kista odontogenik dan non odontogenik. Laporan Kasus: Seorang wanita usia 28 tahun datang ke poli gigi RSUP Kariadi dengan keluhan adanya benjolan pada dasar lidah sebelah kanan. Benjolan muncul pada bawah lidah sejak sebelas tahun yang lalu. Benjolan dirasakan hilang tumbul, pasien tidak mengeluhkan adanya riwayat benjolan pada tempat lain. Tinjauan Pustaka: Kista dermoid adalah kista kongenital jinak yang berkembang di awal kehidupan pada jaringan ektodermal dan mesodermal yang terisolasi secara abnormal yang disebabkan oleh penyatuan jaringan dengan garis penyatuan tulang. Pembahasan: Pasien pada kasus ini pasien mengeluhkan adanya benjolan pada bawah lidah sejak 11 tahun lalu, benjolan dirasa hilang timbul. Tidak ada riwayat benjolan di tempat lain dan tidak terasa adanya nyeri. Berbagai literatur menyebutkan bahwa kista dermoid seringkali asimtomatik kecuali bila terjadi infeksi, meskipun lesi yang besar menyebabkan pembengkakan rahang. Penegakan diagnosis kista dermoid didapatkan dari anamnesis terhadap pasien yang menunjukkan kriteria khas tanda-tanda dan gejala kista dermoid, tampilan klinis pada pemeriksaan objektif, dan biasanya dibutuhkan pemeriksaan penunjang radiologi dan histopatologi anatomi. Kesimpulan: Perawatan gold standard kista yaitu bedah enukleasi serta ekstraksi faktor penyebab dilakukan karena efektif dalam mengeliminasi lesi serta meminimalisir kemungkinan rekurensi sekaligus mempertahankan struktur vital yang masih ada di sekitar. Observasi pasca operasi secara berkala diperlukan untuk evaluasi proses penyembuhan dan monitoring kemungkinan adanya rekurensi serta rekomendasi untuk perawatan rehabilitatif yang bertujuan mengembalikan fungsi mastikasi.