Siska Afrilya Diartin
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Aromaterapi Tea Tree Oil Pada Anak Dengan ISPA Siska Afrilya Diartin; Syeptri Agiani Putri
Nursing Applied Journal Vol. 2 No. 1 (2024): January : Nursing Applied Journal
Publisher : LPPM STIKES KESETIAKAWANAN SOSIAL INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57213/naj.v2i1.139

Abstract

ARI is an infectious disease that attacks one or more parts of the respiratory tract, starting from the nose (upper tract) to the alveoli (lower tract) including adnexal tissue, such as the sinuses, middle ear cavity and pleura. ISPA is a respiratory tract infection that lasts for 14 days. ARI can be caused by various causes such as bacteria, viruses, fungi and aspiration. Bacteria that cause ARI include Diplococcus Pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, and others. Viruses that cause ARI include influenza, adenovirus, cytomegalovirus. Fungi that cause ARI include Aspergillus Sp, Candida Albicans Histoplasm, and others. Apart from being caused by bacteria, viruses and fungi, ISPA is also caused by aspiration such as food, motor vehicle fumes, fuel oil, amniotic fluid at birth, foreign objects (seeds), small plastic toys, and others. The occurrence of ISPA is certainly influenced by many factors, namely environmental conditions (air pollutants such as cigarette smoke and cooking fuel fumes, density of family members, house ventilation conditions, humidity, cleanliness, season, temperature), availability and effectiveness of health services and infection prevention measures. to prevent spread (vaccines, access to health care facilities, isolation room capacity), host factors (age, smoking habits, ability of the host to transmit infection, nutritional status, previous infections or simultaneous infections caused by other pathogens, general health conditions) and characteristics pathogen (mode of transmission, infectivity, virulence factors such as genes, number or dose of microbes).
GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA BERDASARKAN KLASIFIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA DI MASYARAKAT Siska Afrilya Diartin; Reni Zulfitri; Erwin, Erwin
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol. 2 No. 2 (2022): JULI : Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jikki.v2i2.864

Abstract

Interaksi sosial merupakan suatu aktifitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Interaksi dapat terjadi apabila memiliki dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal sistoliknya 140 mmHg dan diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Salah satu resiko terbesar terkena hipertensi adalah lansia. Lansia dengan hipertensi juga berisiko mengalami gangguan interaksi sosial lansia, sehingga dapat menimbulkan kecemasan dan dapat berdampak terhadap kesehatan tentunya berpengaruh terhadap interaksi sosial lansia dengan hipertensi. Metode: penelitian ini menggunakan desain deskriprif, bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial lansia di masyarakat. Sampel penelitian adalah 94 responden menggunakan non probability sample dengan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Hasil: mayoritas responden berusia 62 tahun (63,8%), dengaln sebalgialn besalr berjenis kelalmin perempualn sebalnyalk (75,5%), malyoritals lalnsial tidalk bekerjal sebalnyalk (86,2%) daln malyoritals tingkalt pendidikaln lalnsial SMAl sebalnyalk (43,6%) malyoritals lalnsial bersuku minalng sebalnyalk (38,3%), berdalsalrkaln staltus perkalwinaln malyoritals responden berstaltus menikalh sebalnyalk (54,7%). Berdalsalrkaln tekalnaln dalralh didalpaltkaln malyoritals lalnsial bertekalnaln dalralh deraljalt ll sebalnyalk (53,2%) dengaln lalmal menderital hipertensi malyoritals <5 talhun sebalnyalk (92,6%). Responden lalnsial hipertensi yalng mengallalmi interalksi sosiall malyoritals buruk yalitu sebalnyalk 49 oralng (52,1%), dan responden lalnsial hipertensi yalng mengallalmi interalksi sosiall berdalsalrkaln bentuk malyoritals buruk yalitu sebalnyalk 55 oralng (58,5%). Kesimpulan: Rata – rata lansia mengalami interaksi sosial yang buruk dengan kalsifikasi hipertensi derajat II.
GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA BERDASARKAN KLASIFIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA DI MASYARAKAT Siska Afrilya Diartin; Reni Zulfitri; Erwin, Erwin
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol. 2 No. 2 (2022): JULI : Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jikki.v2i2.864

Abstract

Interaksi sosial merupakan suatu aktifitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Interaksi dapat terjadi apabila memiliki dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal sistoliknya 140 mmHg dan diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Salah satu resiko terbesar terkena hipertensi adalah lansia. Lansia dengan hipertensi juga berisiko mengalami gangguan interaksi sosial lansia, sehingga dapat menimbulkan kecemasan dan dapat berdampak terhadap kesehatan tentunya berpengaruh terhadap interaksi sosial lansia dengan hipertensi. Metode: penelitian ini menggunakan desain deskriprif, bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial lansia di masyarakat. Sampel penelitian adalah 94 responden menggunakan non probability sample dengan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Hasil: mayoritas responden berusia 62 tahun (63,8%), dengaln sebalgialn besalr berjenis kelalmin perempualn sebalnyalk (75,5%), malyoritals lalnsial tidalk bekerjal sebalnyalk (86,2%) daln malyoritals tingkalt pendidikaln lalnsial SMAl sebalnyalk (43,6%) malyoritals lalnsial bersuku minalng sebalnyalk (38,3%), berdalsalrkaln staltus perkalwinaln malyoritals responden berstaltus menikalh sebalnyalk (54,7%). Berdalsalrkaln tekalnaln dalralh didalpaltkaln malyoritals lalnsial bertekalnaln dalralh deraljalt ll sebalnyalk (53,2%) dengaln lalmal menderital hipertensi malyoritals <5 talhun sebalnyalk (92,6%). Responden lalnsial hipertensi yalng mengallalmi interalksi sosiall malyoritals buruk yalitu sebalnyalk 49 oralng (52,1%), dan responden lalnsial hipertensi yalng mengallalmi interalksi sosiall berdalsalrkaln bentuk malyoritals buruk yalitu sebalnyalk 55 oralng (58,5%). Kesimpulan: Rata – rata lansia mengalami interaksi sosial yang buruk dengan kalsifikasi hipertensi derajat II.