Teknik thought stopping ini sangat efektif dalam membantu siswa untuk berpikir kritis dengan mempertimbangkan aspek positif dan negatif dari cara mereka merespon perilaku orang tua yang kurang perhatian, serta membantu membenarkan pandangan dan permasalahan mereka mengenai dinamika keluarga dan hubungan interpersonal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran resiliensi siswa broken home dalam menjaga kesehatan mental ditinjau dari tujuh aspek kemampuan resiliensi, mendeskripsikan faktor-faktor yang penyebab pencapaian resiliensi pada siswa broken home, mendeskripsikan faktor penyebab hambatan proses peran resiliensi siswa broken home dalam menjaga kesehatan mental. Jenis penelitian ini adalah PTL (Penlitian Tindakan Layanan). Subjek pada penelitian ini terdiri dari 1 orang siswa perempuan kelas VII yang saat ini telah naik kelas VIII. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Refleksi. Dan untuk melihat proses dari setiap siklus yang dilakukan yaitu dengan adanya lembar observasi proses kegiatan yang diisi oleh kolabolator serta lembar instumen penilaian yang disebarkan kepada siswa. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari setiap pelaksanaan siklus, siklus (I) penurunan rasa kecewa pada siswa sebesar 28,57%, kemudian pada pelaksanaan siklus ke (2) siswa mengalami penurunan sebesar 50%, lalu pada pelaksanaan siklus ke (3) siswa mengalami penurunan sebesar 80%. Hendaknya setelah dilakukakan pada tindakan ini dapat menurunkan rasa kecewa siswa yang awalnya tinggi mengalami penurunan secara positif dengan diberlakukannya penerapan teknik thought stopping melalui layanan konseling individu. Rasa kecewa merupakan salah satu masalah emosional yang sering dialami oleh siswa ketika mereka merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.