Kecamatan Muara Ancalong sering terjadi beberapa genangan saat hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Dampaknya yaitu terganggunya kegiatan masyarakat Muara Ancalong yang disebabkan tidak adanya jaringan drainase. Daerah tangkapan air di wilayah ini menjadi perhatian dikarenakan terdapat cukup banyak kebun sawit. Maka dari itu, penentuan jaringan drainase di wilayah ini menjadi fokus dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, digunakan peta yang berisikan kondisi spasial di lingkungan yang dianalisis seperti pada peta drone dari hasil penginderaan jauh, dalam merepresentasikan dimensi saluran drainase, serta menggunakan metode berbasis SIG untuk membantu mempresentasikan perubahan penggunaan lahan, area limpasan dari data curah hujan yang digunakan serta elevasi di lokasi penelitian yang digunakan untuk membantu dalam mengestimasi debit air limpasan. Hasil penelitian menunjukan curah hujan rancangan dengan metode gumbel kurun waktu 5 tahun pada catchment area Desa Kelinjau Ulu dan Ilir sebesar 114.91 mm. Debit limpasan di catchment area Desa Kelinjau Ulu dan Ilir, dengan intesitas hujan kurun waktu 5 tahun 114.91 mm, luas catchment area sebesar 699 Ha dan nilai komposit (C) 0,17312, didapatkan debit limpasan (Q) sebesar 4.6 m3/detik. Jaringan drainase pada Desa Kelinjau Ulu dan Ilir terdapat 2 jaringan pembuangan air limpasan pada saat hujan yaitu pada jalan utama di Jalan Poros Muara bengkal atau disebut jalur 3 pada masyarakat setempat dan pada jaringan kedua pada Jalan Senyiur atau disebut jalur 2 pada masyarakat setempat. Dimensi yang didapatkan dari perhitungan Q rancangan debit saluran drainase yang telah didapatkan dimensi, dengan ukuran untuk tinggi 1.2 m dan lebar 1.5 m.