Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Interaksi Simbolik Hebert Blumer Pengguna Aplikasi Belanja Online Shopee (Studi Deskriptif Kualitatif Dalam Membangun Konsep Diri dan Perubahan Sikap Pada Ibu-Ibu Pondok Labu) Veronika Sari Prihandayani; Elis Yulianti
Jurnal Adijaya Multidisplin Vol 2 No 02 (2024): Jurnal Adijaya Multidisiplin (JAM)
Publisher : PT Naureen Digital Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya penggunaan aplikasi belanja online, terutama Shopee, telah secara tidak langsung menyebabkan penurunan interaksi tatap muka antara ibu-ibu di Pondok Labu. Perubahan pola konsumsi ini mencerminkan tren masyarakat secara keseluruhan, mengurangi frekuensi pertemuan langsung dalam komunitas tersebut. Komunikasi tatap muka penting untuk pertukaran informasi dan membangun hubungan interpersonal, namun dengan berkurangnya interaksi tersebut, komunitas mungkin mengalami penurunan pembentukan ikatan sosial dan kebersamaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengeksplorasi pengaruh aplikasi e-commerce, khususnya Shopee, terhadap perubahan sikap dan persepsi diri masyarakat, terutama ibu-ibu, serta dampaknya terhadap komunikasi interpersonal. Dalam pengumpulan data, metode wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi Shopee telah mengubah pola komunikasi interpersonal para ibu dengan menurunnya frekuensi pertemuan langsung. Namun, interaksi simbolik terbentuk melalui interpretasi simbol aplikasi, tindakan pengguna lain, dan pembentukan konsep diri sebagai pengguna aplikasi modern dan praktis. Pasangan dan anak, serta kelompok referensi sesama pengguna, juga turut membentuk konsep diri para ibu sebagai pengguna aplikasi belanja online, menganggapnya memberikan kemudahan, efisiensi waktu, dan penghematan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Persepsi diri ini tercermin dari pernyataan informan tentang kenyamanan dan kemudahan berbelanja tanpa harus keluar rumah. Penggunaan Shopee juga telah mengubah pola belanja para ibu dengan menghemat waktu, tenaga, dan biaya transportasi. Meskipun mengurangi interaksi langsung dengan lingkungan sekitar, para ibu tetap terhubung secara digital. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran aplikasi e-commerce dalam membentuk identitas individu dalam masyarakat, serta memberikan kontribusi pada pengembangan aplikasi e-commerce yang lebih memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat.
ANALISIS INTERAKSI SIMBOLIK GAMERS DALAM PERSPEKTIF GEORGE HERBERT MEAD (Studi Fenomenologis Pada Pengguna Game Online di Kel. Pondok Labu Kec. Cilandak Jakarta Selatan) Albertus Sudarmanto; Elis Yulianti
Jurnal Adijaya Multidisplin Vol 2 No 02 (2024): Jurnal Adijaya Multidisiplin (JAM)
Publisher : PT Naureen Digital Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Game online telah menjadi hiburan yang sangat populer dalam era digital, mengalami evolusi dari tahun 1970-an hingga mencapai popularitas puncak saat ini. Meskipun semakin kompleks dengan teknologi yang lebih canggih, seperti grafis yang realistis dan koneksi internet cepat, popularitas game online juga menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya pada komunikasi interpersonal dan kesehatan mental, terutama bagi Generasi Z.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pola komunikasi dan interaksi sosial Generasi Z dalam konteks game online di Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dengan menerapkan pendekatan fenomenologis dan teori interaksi simbolik, penelitian ini berusaha memahami bagaimana pemain game online memberi makna pada interaksi virtual mereka. Metode kualitatif digunakan, dengan melakukan wawancara mendalam kepada pelaku gamers yang berusia 17 hingga 22 tahun serta orang tua mereka. Uji keabsahan data dilakukan dengan pengujian kredibilitas data untuk memastikan kepercayaan terhadap hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan Para gamers Generasi Z cenderung lebih suka berinteraksi sosial dengan sesama gamers, baik secara langsung maupun melalui dunia maya. Interaksi ini menghasilkan pemahaman bersama tentang simbol-simbol permainan dan meningkatkan komunikasi tim selama bermain. Rasa percaya diri dalam komunitas game online juga meningkat, berpotensi sebagai jaringan pemeliharaan dan kerja sama yang kuat. Selama bermain, para gamers berinteraksi secara verbal dan nonverbal, menggunakan simbol-simbol, emotikon, dan fitur lainnya untuk komunikasi tim. Etika komunikasi yang terbentuk menunjukkan karakteristik anak muda, seperti ekspresi kegembiraan saat berhasil menyerang dan kekecewaan saat strategi gagal. Para gamers menerapkan konsep "self, mind, and society" dalam perilaku mereka, mencoba untuk memahami diri sendiri, mengambil peran sesuai pikiran mereka, dan saling memahami dalam komunitas mereka.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak game online pada Generasi Z, diharapkan dapat membantu masyarakat dan orang tua dalam memandu generasi muda untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan mengembangkan kebiasaan hidup yang sehat. Dengan demikian, Generasi Z dapat menjadi penerus yang kuat dan adaptif dalam memimpin bangsa menuju masa depan yang gemilang
Pemanfaatan Grup Chat Whatsapp dalam Komunikasi Koordinasi Mahasiswa Universitas Sains Indonesia Vania, Vania Utamie Subiakto; Cucu Khodijah; Elis Yulianti
Journal of Islamic Studies & Social Science Vol. 2 No. 1 (2025): Journal of Islamic Studies & Social Science (JISSS)
Publisher : Madani Connection

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64019/jisss.v2i1.63

Abstract

The development of digital communication technology has changed the pattern of interaction in student academic life. One of the platforms used to support communication and coordination is the WhatsApp instant messaging application, especially the chat group features. This study aims to examine how Indonesian University of Science University students use the WhatsApp group as a means of coordinative communication in academic activities, as well as identifying the obstacles and strategies used in the process. The method used is a qualitative approach with data collection techniques in the form of in -depth interviews and participatory observations of a number of student WhatsApp groups, both class, organization, and committee. The results showed that the WhatsApp group played an important role in delivering information, division of tasks, decision making, and reminder of schedules and deadlines. However, the effectiveness of coordination communication is often disrupted by several obstacles, including overloading information, lack of active member participation, and the potential for miscommunication due to the delivery of unclear messages. To overcome this, students make various efforts such as establishing communication rules in the group, appointing active admins, using structured message formats, and utilizing additional features such as message embedding and integration with other applications. This study concluded that the strategic use of the WhatsApp group can improve the efficiency of students' coordinative communication, but still requires digital literacy and orderly communication culture.