Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hydrological function of rewetted peatlands linked to saturated hydraulic conductivity in Kubu Raya, West Kalimantan, Indonesia Mahardika, Rabbirl Yarham; Tarigan, Suria Darma; Baskoro, Dwi Putro Tejo; Lovita, Vinni; Gangga, Adi; Asyhari, Adibtya; Fatoni, Arif; Jepri, Kristoporus; Ravelle, Adzan Pandu
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol. 11 No. 3 (2024)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2024.113.5717

Abstract

The hydrological function of peatlands, one of which is acting as a medium for storing and releasing water, undergoes alteration due to degradation. Saturated hydraulic conductivity (Ks) is a pivotal parameter for comprehending the hydraulic properties of peatlands. Ks plays a crucial role in the transmission and release of water influenced by other peat properties. This research examined the impact of Ks and selected peat properties, namely bulk density and available water content, to depict the hydrological function in rewetted peatlands. The study sites are rubber plantation (RB), oil palm plantation (OP), and drained secondary forest (SF). Results revealed a significantly higher Ks in OP (106.7 cm hr-1) compared to RB (19.56 cm hr-1) and DSF (15.1 cm hr-1). The hydrological function at all study sites was categorized as high, with minor degradation in OP and moderate degradation in RB and SF. Nonetheless, these findings necessitate fundamental interpretation and adjustment. The outcomes of this study can be utilized to prioritize rewetting efforts in the study sites, emphasizing the importance of prioritizing immature peat (fibric) with high Ks.
CO2 emissions of tropical peat soils under controlled groundwater table depths: A laboratory-based experiment Mahardika, Rabbirl Yarham; Anshari, Gusti Zakaria; Suryadi , Urai Edi
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol. 11 No. 4 (2024)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2024.114.6135

Abstract

The groundwater table (GWT) is widely recognized as a key factor influencing CO2 emissions in tropical peatlands. However, previous studies investigating this relationship have reported diverse results. This variability likely stems from the dynamic nature of field-based groundwater conditions. To address this, our study investigated the relationship between controlled GWT and CO2 emissions in a laboratory experiment using PVC columns filled with peat soil. GWT depths were adjusted to 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, and 60 cm within a large container filled with peat pore water. CO2 emissions were measured using an Infra Red Gas Analyzer - Environmental Gas Monitoring-4 instrument, with a closed-chamber system. Our findings revealed significant differences in CO2 emissions between treatments, except for the transition from 20 cm to 30 cm GWT. Correlation analysis showed a positive correlation (R² = 0.25). Notably, CO2 emission factor values based on average yearly emission rates displayed a substantial increase with decreasing GWT, exhibiting a strong exponential relationship (R² = 0.99).
PERTANIAN ORGANIK DENGAN AGROFORESTRI: STRATEGI PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN BERDAYA SAING Azizu, Muhamad Noor; Mahardika, Rabbirl Yarham; Afner, Dendy Detafiano Prakasa; Hadji, Trisna Al; Sari, Nur Indah; Adha, Apritama; Iksan, Arman Nur
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 10 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i10.3078

Abstract

Pengelolaan lahan gambut secara intensif dengan pupuk kimia dalam jangka panjang berpotensi menurunkan kesuburan tanah, mempercepat laju subsiden, dan meningkatkan kerentanan ekosistem terhadap kebakaran. Penerapan pertanian organik berbasis agroforestri menjadi alternatif strategis karena mampu memperbaiki kualitas tanah sekaligus menjaga keseimbangan ekologi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dengan melibatkan kelompok tani sebagai mitra utama. Metode pelaksanaan meliputi sosialisasi, survei ketersediaan bahan baku pupuk organik, pelatihan pengolahan kotoran kambing dan limbah budidaya lele sebagai pupuk organik padat maupun cair, serta penerapan sistem agroforestri yang mengombinasikan tanaman tahunan dan semusim di lahan gambut. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara terstruktur, serta analisis deskriptif kualitatif terhadap capaian kegiatan. Hasil menunjukkan bahwa integrasi pupuk organik dengan sistem agroforestri mampu meningkatkan pemahaman petani mengenai pentingnya pengelolaan hara berkelanjutan di lahan gambut. Pupuk organik dari kotoran kambing memiliki kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium relatif tinggi, sedangkan air kolam lele efektif digunakan sebagai pupuk cair yang mudah diaplikasikan. Kombinasi tanaman tahunan dan semusim dalam agroforestri memperlihatkan hubungan komplementer, baik dari aspek ekologi maupun ekonomi. Kegiatan ini menyimpulkan bahwa sistem pertanian organik berbasis agroforestri di lahan gambut layak dikembangkan karena terbukti memperbaiki kualitas tanah, meningkatkan produktivitas, serta memperkuat daya saing hasil pertanian organik. Disarankan adanya penguatan kapasitas petani melalui pelatihan berkelanjutan, dukungan sarana pengolahan pupuk organik.