p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Octari Ambarita, Angelica
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

WACANA PEMBUNGKAMAN TERHADAP PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM PENYALIN CAHAYA (2021) Octari Ambarita, Angelica; Sunarto, Sunarto; Ratri Rahmiaji, Lintang
Interaksi Online Vol 12, No 1: Januari 2024
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reports regarding cases of sexual violence were still very high throughout 2022 with the majority of victims being women. Law enforcers always settled on the ‘peaceful’ way of resolving cases by not taking sides with victims or being unjust. Film was a discourse that represents social realities. Based on the social issues, Photocopier was produced to depict the silencing that still occurred against victims of sexual violence. The research aimed to examine the discourse on silencing women as victims of sexual violence which was portrayed in Photocopier. Muted Group Theory by Cheris Kramarae was used as the main theory, followed by the concept of radical-libertarian feminism. Sara Mills’ Critical Discourse Analysis was used as the research method to analyze deeper on four aspects of examination: character, fragmentation, focalization, and schemata. The results indicated that the female characters in Photocopier represent women as victims of sexual violence. Despite having important roles, the female characters were still portrayed to be silenced by the male characters. Fragmentation concentrated on the facial expressions of the characters which depicted anger and frustration of the victims. Focalization in the film indicated that the female victims were active subjects. The subjectivity of sexual violence victims rendered through feminine-oriented when sharing their experiences. Hence, schemata identified the victim blaming ideology in which the female victims of sexual violence still struggle to reveal the truth and demand lawfulness.
WACANA PEMBUNGKAMAN TERHADAP PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM PENYALIN CAHAYA (2021) Octari Ambarita, Angelica; Sunarto, Sunarto; Ratri Rahmiaji, Lintang
Interaksi Online Vol 12, No 1: Januari 2024
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aduan mengenai kasus kekerasan seksual tercatat masih sangat tinggi sepanjang tahun 2022 dengan mayoritas korbannya adalah perempuan. Para penegak hukum selalu memilih cara penyelesaian kasus secara “damai” dengan tidak memihak pada korban atau terjadi ketidakadilan. Film merupakan wacana yang merepresentasikan realitas sosial. Dengan berlandaskan realitas sosial yang ada, film Penyalin Cahaya diproduksi untuk menunjukkan pembungkaman yang terjadi terhadap para korban kekerasan seksual. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mendeskripsikan wacana pembungkaman terhadap perempuan sebagai korban kekerasan seksual yang dimuat dalam film Penyalin Cahaya. Teori Kelompok Bungkam oleh Cheris Kramarae digunakan sebagai teori utama dan didukung oleh aliran feminisme radikal-libertarian. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis milik Sara Mills yang dibagi dalam empat struktur, yaitu karakter, fragmentasi, fokalisasi, dan skemata. Hasil menunjukkan bahwa karakter perempuan dalam film Penyalin Cahaya merepresentasikan perempuan sebagai korban kekerasan seksual. Walaupun mereka memiliki peran yang penting, para karakter perempuan ditunjukkan tetap dibungkam oleh karakter laki-laki. Fragmentasi berfokus pada mimik wajah dari para karakter sehingga menunjukkan rasa marah dan frustrasi dari para korban. Fokalisasi pada film menunjukkan karakter perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual sebagai subjek yang aktif. Subjektivitas dari para korban kekerasan seksual juga berorientasi feminin ketika menceritakan pengalaman mereka. Analisis skemata mengungkap ideologi victim blaming bahwa para perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual masih sangat sulit untuk mengungkapkan kebenaran dan menemukan keadilan.