Pembangkit dari Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara disebut juga Coal Fired Power Plant (CFPP) menyumbang cukup tinggi nilai emisi karbon. Salah satu upaya menekan emisi karbon dilakukan melalui early retirement PLTU yang sejalan dengan target pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Early retirement direncanakan dalam RUPTL 2021-2030, sehingga perlu dipersiapkan PLTU mana saja yang akan dipilih. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan urutan prioritas PLTU yang akan dipilih pada sistem ketenagalistrikan Jawa Bali dengan menggunakan Metode Multi Criteria Decision Making (MCDM) melalui kombinasi Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Preference Rangking Organization Method for Enrichment Evaluation (PROMETHEE). Kombinasi metode ini digunakan untuk pengambilan keputusan atas alternatif PLTU menggunakan multi kriteria dengan melibatkan para ahli dalam proses pembobotannya. Kriteria utama yang digunakan adalah kriteria teknis, ekonomi dan lingkungan dengan sub kriteria usia, kapasitas, capacity factor, efisiensi, harga jual, potensi biaya buy out, emisi CO2 dan pengaruh polusi udara. Hasil penelitian ini menempatkan kriteria usia menduduki persentase pembobotan tertinggi sekitar 30%, namun tidak serta merta menjadikan PLTU dengan usia tertua menjadi urutan pertama karena proses outranking dilakukan secara menyeluruh berdasarkan nilai net flow yang dihasilkan. Perankingan menghasilkan PLTU PEC 3, PLTU Suralaya 8, PLTU Cilacap 3, PLTU Paiton 9 dan terakhir PLTU Adipala 5. Hasil urutan prioritas dengan metode ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas PLTU yang akan dilakukan early retirement.