Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Eksistensi Entitas Agraris dalam Rekam Jejak Lima Syair Lagu Cowongan Untoro, Haryo; Siswoyo, Muhammad
Arnawa Vol 2 No 1 (2024): Edisi 1
Publisher : Javanese Language, Literature, and Culture Study Program, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/arnawa.v2i1.12696

Abstract

This research aims to describe the existence and inheritance of agrarian entities in the form of plants and animals from five sources, namely dissertations from the University of Indonesia, scientific articles in the Ghurnita Journal, videos from the BMS Record Youtube account, videos from the Krislam Ngapak Youtube account, and the Logat Ngapak website. The element of agrarianism in the five Cowongan song verses is of particular interest because it presents forms and elements of agrarianism and the inheritance of knowledge. The theories used are linguistic anthropology and folkloric theory in the form of folk songs. The five data sources were obtained through a literature study, data retrieval from the internet, and formal interviews. The data processing went through the stages of data collection, raw data description, data reduction, data categorization, and constructing categorization relationships. The research results obtained state that the five poems of Cowongan songs are very thick with agrarian elements that remain present in various forms, sources, and at various times. This is evidence of the preservation of collective knowledge of the community in various generations. Furthermore, the agrarian entities found can bring knowledge in the form of agrarian mythology believed by the community. === Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan beserta pewarisan entitas keagrarisan berupa tanaman dan hewan dari lima sumber, yaitu disertasi dari Universitas Indonesia, artikel ilmiah dalam Jurnal Ghurnita, video dari akun Youtube BMS Record, video dari akun Youtube Krislam Ngapak, serta laman web Logat Ngapak. Unsur keagrarisan pada lima syair lagu Cowongan tersebut menjadi perhatian khusus dikarenakan menghadirkan bentuk dan unsur keagrarisan serta terdapatnya pewarisan pengetahuan. Teori yang digunakan adalah teori linguistik antropologi dan folklor berupa nyanyian rakyat. Lima sumber data diperoleh melalui studi pustaka, pengambilan data dari internet, dan wawancara formal. Pengolahan data tersebut melalui tahap pengumpulan data, deskripsi data mentah, reduksi data, kategorisasi data, dan mengkonstruksi hubungan kategorisasi. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa kelima syair lagu Cowongan sangat kental akan unsur-unsur keagrarisan yang tetap hadir dalam berbagai bentuk, sumber, dan di berbagai masa. Hal tersebut menjadi bukti terjaganya pengetahuan kolektif masyarakat dalam berbagai generasi Selanjutnya, entitas agraris yang ditemukan dapat membawa sebuah pengetahuan berupa mitologi agraris yang diyakini oleh masyarakat.
Fragmen Labuhan Merapi: Pengimplementasian Folklor Ki Sapu Jagad dalam Seni Pertunjukan, Beserta Sejarah Perkembangan dan Pelestariannya (Sebuah Kajian Budaya) Sukma, Adjit Royan Mustafa Ganda; Untoro, Haryo; Siswoyo, Muhammad; Alya, Nanda Nursa
Arnawa Vol 1 No 1 (2023): Edisi 1
Publisher : Javanese Language, Literature, and Culture Study Program, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/arnawa.v1i1.11242

Abstract

Pluralism is a cultural phenomenon that can be easily found in Indonesia. Cultural manifestations include ideas, traditions, and art that adorn the vast territory of Indonesia. Culture, in the form of tradition, is divided into oral tradition and written tradition. One of the manifestations of oral tradition is reflected in the Ki Sapu Jagad folklore, which is the background for the birth of the Labuhan Merapi tradition. Over time, this folklore was adapted by the people of Umbulharjo village in the form of performing arts as Labuhan Merapi Fragment. The Labuhan Merapi Fragment acts as a media novelty about the story of Ki Sapu Jagad. In addition, this fragment becomes an interesting thing for local people and tourists. This research aims to find out the existence, history, development, and inheritance of the Labuhan Merapi Fragment in all segments of society. Pertinent data were obtained through formal interviews and literature studies. The research method used is descriptive-qualitative. The data that has been collected is then processed with note-taking techniques. The implementation of the Labuhan Merapi Fragment is still routinely carried out from its inception to the present. This shows that the Labuhan Merapi Fragment is still sustainable and continues to be passed down continuously through the regeneration of performing arts presenters. With the existence of problems in efforts to maintain the existence of oral tradition, fragments of Labuhan Merapi still exist and have become the cultural identity of the people of Umbulharjo Village, Cangkringan District, Sleman Regency. === Pluralisme merupakan fenomena kebudayaan yang dapat dijumpai dengan mudah di Indonesia. Wujud kebudayaan antara lain berupa gagasan, tradisi dan seni yang menghiasi luasnya wilayah Indonesia. Kebudayaan berupa tradisi terbagi atas tradisi lisan dan tradisi tulis. Perwujudan tradisi lisan salah satunya tercermin pada folklor Ki Sapu Jagad yang melatarbelakangi lahirnya tradisi Labuhan Merapi. Seiring berjalannya waktu, folklor ini diadaptasi oleh masyarakat Desa Umbulharjo dalam bentuk seni pertunjukan sebagai Fragmen Labuhan Merapi. Fragmen Labuhan Merapi berperan sebagai kebaruan media mengenai kisah Ki Sapu Jagad. Selain itu, fragmen ini menjadi sebuah hal yang menarik bagi masyarakat lokal dan para wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesejarahan, perkembangan, peran serta pewarisan Fragmen Labuhan Merapi kepada seluruh segmentasi masyarakat. Data-data yang bersangkutan diperoleh melalui wawancara formal dan studi pustaka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan teknik catat. Pelaksanaan Fragmen Labuhan Merapi masih secara rutin dilakukan dari awal terbentuknya hingga masa sekarang ini. Hal itu menunjukan bahwa Fragmen Labuhan Merapi masih lestari dan terus diwariskan secara kontinuitas melalui regenerasi penyaji seni pertunjukan. Dengan adanya problematika dalam usaha pemertahanan eksistensi tradisi lisan, Fragmen Labuhan Merapi tetap eksis dan menjadi identitas kebudayaan masyarakat Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
Keterpaduan Garap Pakeliran dalam Adegan Sekel Galih Wayang Jekdong Lakon Rabine Srigati Siswoyo, Muhammad
Jurnal Online Baradha Vol. 21 No. 2 (2025): Vol 21 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/job.v21n2.p35-53

Abstract

Wayang jekdong merupakan bentuk idiom yang merujuk pada praktik pedalangan dengan nuansa budaya Jawa Timur. Komunitas penikmat wayang kulit Jawa Timuran, beranggapan jika jekdong adalah sinonim dari wayang kulit Jawa Timuran itu sendiri. Dalam artikel ini, pembahasan wayang jekdong dikhususkan mengarah pada tradisi wayang Jawa Timuran subgaya Trowulan. Penelitian dengan judul Keterpaduan Garap Pakeliran dalam Adegan Sêkêl Galih Wayang Jekdong Lakon Rabine Srigati menjelaskan tentang koherensi konstruksi garap pakeliran dalam adegan Sêkêl Galih pada Jejer Pertama Wayang Kulit Jawa Timuran Lakon Rabine Srigati sajian Ki Pit Asmoro. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi garap pakeliran yang mengkonstruksi adegan Sêkêl Galih Jejer Pertama pada lakon tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik transkripsi. Selanjutnya, hasil transkripsi mengalami penerjemahan ke bahasa Indonesia. Studi literatur dipergunakan untuk memperkuat data yang ada. Teori yang dipakai sebagai pisau analisis yaitu teori dramaturgi pedalangan dan teori stilistika. Hasil yang diperoleh adalah adanya relasi antar unsur garap pakeliran yang menciptakan rasa khas pada adegan Sêkêl Galih. Garap pakeliran yang ditemukan berupa dhodhogan, kêprakan, sêndhon, pocapan, kagetan, gêrêngan, dan umpak-umpakan. Fungsi Sêkêl Galih didapati sebagai cermin untuk kontemplasi diri manusia. Gaya bahasa kiasan dominan digunakan untuk memperdalam rasa sêkêl. Kata Kunci: Garap pakeliran, Keterpaduan, Ki Pit Asmoro, Sêkêl galih, Wayang Jekdong