Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Syukur sebagai Pencegah Insecure Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali Hakim, Lukman; Baaly, Ali Sajjad; Yamani, Abu Bakar
Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 26, No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/substantia.v26i1.22711

Abstract

In the contemporary era characterized by rapid technological advancements, humans encounter both conveniences and challenges, one of which is the emergence of feelings of insecurity. This study aims to explore the feeling of insecurity and its relationship with the concept of gratitude within Sufism, from the perspective of Abu Hamid Al-Ghazali, as a preventative strategy. Employing a qualitative methodology with a descriptive-analytical approach, this research reveals that gratitude can serve as an effective mechanism to mitigate feelings of insecurity. According to Al-Ghazali, gratitude comprises three hierarchical components: knowledge, spiritual state, and action. The findings indicate that the internalization and practice of these components can act as preventative measures against insecurity. In terms of knowledge, individuals are required to acknowledge and believe that everything originates from Allah, which stimulates positive thinking and happiness towards Allah and oneself. This belief and love for Allah lead to an intrinsic desire to perform good deeds, indirectly alleviating feelings of insecurity.Abstrak: Di era modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, manusia menghadapi berbagai kemudahan sekaligus tantangan, salah satunya adalah munculnya perasaan tidak aman atau insecure. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perasaan insecure dan hubungannya dengan konsep syukur dalam sufisme, berdasarkan perspektif Abu Hamid Al-Ghazali, sebagai strategi preventif. Menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis, studi ini mengungkapkan bahwa syukur dapat menjadi mekanisme efektif untuk mengatasi perasaan insecure. Menurut Al-Ghazali, syukur terdiri dari tiga komponen hierarkis: pengetahuan (ilmu), kondisi spiritual (hal), dan tindakan (amal). Penelitian ini menunjukkan bahwa proses internalisasi dan praktik dari ketiga komponen ini dapat berfungsi sebagai langkah preventif terhadap insecure. Dalam aspek ilmu, diwajibkan bagi individu untuk mengakui dan percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, yang menstimulasi pemikiran positif dan rasa bahagia terhadap Allah dan diri sendiri. Kepercayaan dan cinta kepada Allah mengarah pada keinginan intrinsik untuk berbuat baik, secara tidak langsung menekan perasaan insecure. 
Konsep Mental Block Perspektif Al-Qur’an (Analisis Penafsiran Surah Al-Insyirah dan Teori Logoterapi Victor E. Frankl) Fitriani, Fitriani; Hakim, Lukman; Yamani, Abu Bakar
Ulumul Qur'an: Jurnal Kajian Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 2 (2024): Ulumul Quran: September 2024
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir STIU Darul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58404/uq.v4i2.373

Abstract

Al-Qur'an menekankan pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan manusia serta perlunya ketenangan jiwa, keteguhan hati, dan keseimbangan emosional dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini mendorong pentingnya pendekatan psikologi dalam proses penafsiran Al-Qur'an. Psikologi menghindari kesalahpahaman dalam memahami perilaku manusia. Artikel ini membahas mengenai salah satu kondisi psikologis pada era kontemporer yakni mental block prespektif al-Qur’an pada surah al-Insyirah dengan menggunakan teori logoterapi. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library research) yang menghasilkan beberapa kesimpulan yakni, konsep mental block yang diisyaratkan pada surah al-Insyirah dapat ditangani dengan rasa optimis dan berpikir positif, sabar dan bekerja keras, serta senantiasa bertawakkal kepada Allah. Hal ini kemudian sejalan dengan teori logoterapi. Pertama, Konsep Will to Meaning (keinginan akan makna). Hal ini yang mendorong pentingnya sikap optimis yang diisyaratkan pada awal surah al-Insyirah dalam menghadapi segala tantangan dalam menjalani kehidupan. Kedua, Konsep Meaning in life (Makna Hidup), dalam surah al-Insyirah ditafsirkan bahwa dalam situasi sulit ada juga peluang untuk menemukan jalan keluar. Masalah yang dihadapi akan mendorong untuk berpikir positif mencari solusi, dan pada akhirnya akan membuat mereka menjadi lebih dinamis. Ketiga, Konsep Freedom of will (Kebebasan Berkehendak) dalam surah al-Insyirah kebebasan berkehendak tidak hanya berarti memiliki kebebasan untuk membuat pilihan, tetapi juga bertanggung jawab atas pilihan tersebut serta mengandalkan Allah dalam setiap langkahnya.