Gangguan perkembangan pada anak masih banyak ditemukan dan berpotensi memengaruhi prestasi mereka di masa depan. Gangguan perkembangan di Indonesia juga tinggi. Studi di Jakarta menggunakan Battelle Developmental Inventory 2 menunjukkan bahwa 28,1 % anak di bawah 3 tahun mengalami keterlambatan kognitif, dan 17,4 % mengalami keterlambatan komunikasi. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 juga melaporkan 19,8 % balita mengalami stunting, meskipun menurun dari 21,5 % pada 2023. Skrining dini menjadi langkah krusial untuk deteksi dan intervensi tepat waktu. Saat ini, media digital menghadirkan pendekatan baru yang inovatif dan mudah diakses untuk skrining tumbuh kembang anak. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi manfaat dan hambatan penggunaan media digital dalam skrining perkembangan anak melalui metode scoping review dengan kerangka kerja PRISMA-ScR. Literatur dicari melalui tiga basis data, PubMed, Scopus, dan ScienceDirect pada Desember 2024. Dari 1.664 artikel yang ditemukan, sepuluh artikel memenuhi kriteria inklusi: diterbitkan antara 2019–2024, berbahasa Inggris, dan membahas penggunaan media digital untuk skrining tumbuh kembang anak. Artikel berasal dari berbagai negara, seperti India, Indonesia, Australia, AS, Spanyol, Yunani, dan Inggris. Hasil studi menunjukkan bahwa media digital, seperti aplikasi dan permainan edukatif, mampu meningkatkan deteksi dini, memperkuat keterlibatan orang tua dan tenaga kesehatan. Akses luas, efisiensi waktu, dan peningkatan keterlibatan pengguna menjadi nilai tambah yang mendorong potensi adopsi teknologi ini dalam layanan kesehatan anak. Namun, hambatan seperti keterbatasan infrastruktur, literasi digital rendah, dan belum terintegrasinya sistem digital dengan layanan kesehatan masih menjadi tantangan, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penyesuaian teknologi dengan konteks lokal menjadi kunci untuk efektivitas maksimal dalam skrining perkembangan anak.