Menurut data World Health Organization (WHO), setiap hari ditahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena penyebab yang dapat dicegah terkait kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat (kebanyakan perdarahan setelah melahirkan), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia), komplikasi dari persalinan, aborsi yang tidak aman. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di UPT Puskesmas Ciruas, pada tahun 2021 dari 316 ibu bersalin terdapat 193 (61%) ibu mengalami rupture perineum. Sedangkan pada tahun 2022 dari 271 ibu bersalin terdapat 185 (68,2%) ibu mengalami rupture perineum. Didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan sebanyak 7,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di UPT Puskesmas Ciruas Tahun 2023. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain penelitian cross sectional. Dengan populasi sebanyak 271 ibu bersalin, pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data ini menggunakan data sekunder dan analisis menggunakan nalisa univariat dan analisa bivariat. Hasil penelitian uji statitik univariat menunjukan bahwa kejadian rupture perineum dari 161 sampel didapatkan 108 ibu bersalin (67.1%) yang mengalami rupture perineum dan yang tidak mengalami rupture perineum sebanyak 53 ibu bersalin (32.9%). Hasil bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian rupture perineum (nilai p = 0.031 < 0.05). Ada hubungan antara paritas dengan kejadian rupture perineum (nilai p = 0.000 < 0.05). Ada hubungan antara berat badan bayi lahir dengan kejadian rupture perineum.rupture perineum (nilai p = 0.003 (p = 0.003 < 0.05). Diharapkan bagi tenaga kesehatan UPT Puskesmas Ciruas untuk memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rupture perineum, sehingga dapat mengurangi terjadinya rupture perineum.