Muhamad Rom Ali Fikri
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Tebu di Desa Pasirbungur Kecamatan Purwadadi Kabupaten Subang Adrian Maulana Fatah; Abubakar Abubakar; Muhamad Rom Ali Fikri
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 11 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.12176454

Abstract

Pasirbungur Village is a village with a dominant area with sugarcane plantations and the land area reaches 1,744.0588 ha. The number of sugarcane farmers in Pasirbungur Village is not much because at the beginning of planting sugarcane farmers often experience losses. The purpose of this study is 1) to analyze the costs, revenues, income and profits of sugarcane farming in Pasirbungur Village, Purwadadi District, Subang Regency, 2) To analyze the feasibility of sugarcane farming in Pasirbungur Village, Purwadadi District, Subang Regency. This research is a quantitative research. Research data in the form of primary data and secondary data. Primary data were obtained from field observations and interviews with 33 respondents using questionnaires. Secondary data are obtained from BPS, books, journals, and articles. The data analyzed are total cost, revenue, revenue, profit, R/C ratio and BEP. The results of this study are known to average production costs of Rp. 81,851,402 / harvest then the average revenue is Rp. 102,254,545.45 / harvest, so that the average income is Rp. 44,635,909.09 / harvest, while the average profit is Rp. 20,403,143.93 / harvest with an average land area of 2,818 ha. The R/C ratio is 1.25 > 1 and to achieve minimum production BEP farmers must sell 693.92 quintals with a BEP Price of Rp. 64,037.46 / quintal and produce BEP Revenue of Rp. 55,513,831.81. This means that if sugarcane farmers in the research area produce sugarcane production of 693.92 quintals with a selling price of Rp. 64,037.46 / quintal, it will produce BEP revenue of Rp. 55,513,831.81. So that sugarcane farming has more value than the break-even point, which is to get a profit and is worth cultivating.
Analisis Kelayakan Usaha Florist di Kota Bekasi Hidayattulloh, Anwar; Abubakar; Muhamad Rom Ali Fikri
Journal of Business Economics and Agribusiness Vol. 1 No. 4 (2024): August
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/jbea.v1i4.406

Abstract

Komoditas agribisnis florikultura mencakup tanaman hias daun dan bunga tangkai. Bunga tangkai merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai acara seperti pernikahan, keagamaan, kelahiran, ucapan selamat, dan kematian, sehingga menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Jenis bunga yang populer di antaranya krisan, anggrek, gerbera, mawar, dan sedap malam. Penelitian ini menggunakan data primer dari wawancara dengan pengusaha florist dan data sekunder dari literatur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, karena menggunakan beberapa kriteria yang sudah ditentukan, kriteria untuk sampel ini adalah pedagang yang menjual bunga sedap malam, krisan, mawar, pikok, gerbera. Berdasarkan analisis, rata-rata total biaya bunga tangkai per bulan berkisar antara Rp.3.579.780 hingga Rp.6.665.819, dengan pendapatan berkisar antara Rp.3.823.214 hingga Rp.9.285.714. Break Even Point (BEP) produksi adalah 773 tangkai per bulan, sementara penjualan nyata mencapai 3.185 tangkai per bulan, yang menunjukkan keuntungan bagi pedagang. Nilai BEP harga adalah Rp.5.187 per tangkai dan BEP penerimaan Rp.5.118.892 per bulan. Nilai R/C untuk berbagai jenis bunga tangkai yang di atas 1 menunjukkan bahwa usaha florist di Kota Bekasi layak dijalankan dan menguntungkan.