Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Interpretasi Pergeseran Makna dalam Penafsiran al-Qur'an: Studi Semantik Ayat-Ayat Tadabbur Robiansyah, Khoirur Rifqi
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : LPPM IIQ An Nur Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/jqs.v3i1.397

Abstract

Artikel ini mengkaji makna kata tadabbur dalam al-Qur'an untuk menjawab pergeseran makna terhadap kecenderungan kajian-kajian sebelumnya yang mengasosiasikan tadabbur dengan dampak etis praktis dalam kehidupan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu dalam menganalisis makna kata adabbur dengan menelusuri makna dasar dan relasionalnya kemudian melihat pergeseran makna Tadabbur dalam tiga lapisan waktu (historis). semantik), yaitu pra-Qur'anik, Qur'anik dan pasca-Qur'anik. Kajian ini menyimpulkan bahwa makna dasar dari kata Tadabbur adalah belakang sesuatu atau akhir sesuatu. Makna relasional Tadabbur melalui analisis sintagmatik berasosiasi dengan beberapa sistem kata, yaitu kata Allah, al-Qur'an, Tadzakkur dan ulul Albab¸ Musyrik & Munafik. Makna relasional dabbur melalui analisis paradigmatik berkaitan dengan kata Tafsir, Ta'wil, Tafakkur, Tafakkur. Perbedaannya, penggunaan kata Tadabbur, Tafsir dan Ta'wil khusus ditujukan untuk al-Qur'an sedangkan Tafakkur dan Tadzakkur memiliki objek yang lebih luas. Hasil analisis semantik historis, pada masa pra-Qur'an kata Tadabbur digunakan untuk menunjukkan aktivitas hati yang berkaitan dengan keinginan dan harapan. Kemudian pada masa al-Quran, Tadabbur memiliki sistem khusus sebagai imbauan memahami al-Qur'an yang ditujukan tidak hanya kepada umat Islam, melainkan juga kepada kaum kafir dan munafik. Orientasi makna Tadabbur dalam dunia al-Qur'an lebih mengarah pada penguatan tauhid. Adapun pada masa pasca-Qur'anic, para mufassir memberikan konsepsi Tadabbur yang difungsikan sebagaimana kata ta'ammala dan tafakkara untuk mengekstrak kandungan al-Qur'an, seperti; nasehat, peringatan, dan ancaman terhadap kemaksiatan. Makna orientasi etis terbawa kuat dalam konsepsi Tadabbur pasca-Qur'anic. Hal ini merupakan indikasi yang mempengaruhi kecenderungan penelitian terkini mengenai tadabbur yang dikaitkan dengan efek etis praktis.
Struktur Epistemologi Tafsir al-Tibyan fi Tafsir Ayat al-Ahkam Karya Achmad Nasrullah Abdurrochim Tambakberas, Jombang Robiansyah, Khoirur Rifqi
al-Urwatul Wutsqo : Jurnal Ilmu Keislaman dan Pendidikan Vol 3 No 2 (2022): al-Urwatul Wutsqo : Jurnal Ilmu Keislaman dan Pendidikan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Hidayah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62285/alurwatulwutsqo.v3i2.62

Abstract

Kitab al-Tibyan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur'an by K.H. Achmad Nasrullah Abdurrochim added to the treasures of books of interpretation of Ahkam by Nusantara scholars whose existence was still minimal. This book was written when Nasrullah encountered many cases when he was a judge at the Jombang District Court. In addition, he is also a kiyai who actively takes care of the pesantren in Tambakberas, Jombang. It is interesting to examine whether the book of interpretation produced by combining two backgrounds, namely kiyai pesantren and legal practitioners in religious courts, does it produce a more contextual pattern of ahkam interpretation and provides answers to socio-religious problems that are practically faced in society. The epistemology of interpretation is the main study in this article to find out how the sources, methods, approaches, procedures and validity of interpretation are. The method used in this research is descriptive analysis using the book al-Tibyan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur'an as the primary source. Meanwhile, to test the validity of using the theory of coherence, correspondence and pragmatism. Finally, this article shows that Nasrulloh in his interpretation prefers historical sources over his own opinion. The method he uses is maudhu'i which is dominant in discussing the theme of marriage. The procedure for his interpretation first explains the vocabulary of the verse, then the asbabul nuzul, then he interprets the verse with a question and answer model, then ends with a conclusion. As for the validity, all aspects of validity theory are applied in its interpretation.