Muhammad Khilmi Alkhatib
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA SEBAGAI BAHAN MEMBUAT KOMPOS Muhammad Khilmi Alkhatib; Muhammad Raihan Naufal Bakrie; Aulia Life
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia (JPMI) Vol. 1 No. 6 (2024): Agustus
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/jpmi.v1i6.2175

Abstract

Berdasarkan latar belakang diatas, maka mahasiswa mengidentifikasi kebutuhan desa dan menyerap aspirasi berdasarkan keinginan masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). Aspirasi masyarakat disebabkan berbagai alasan dan potensi yang dapat dikembangkan setelah adanya pelaksanaan program olah limbah. Sehingga, kedepannya masyarakat dapaat memiliki kemampuan untuk mengolah sampah organik rumah tangga menjadi barang yang bermanfaat. Kegiatan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah organik ini dilakukan pada Hari Selasa tanggal 13 Agustus 2024 yang bertempat di Balai Kelurahan Dukuh Sutorejo, Mulyorejo Jl. Labansari No. 1 Surabaya. Sasaran dilakukan nya sosialisasi ini adalah para Ibu-Ibu dan warga RW serta RT sekitar Pelaksanaan kegiatan sosialisasi menggunakan metode penyuluhan,sosialisasi dan praktik dengan tetap memperhatikan kebersihan dan protokol kesehatan. Cara membuat pupuk kompos dengan komposter yaitu dengan mencacah daun,sayur,dan buah menjadi bagian-bagian kecil. Selanjutnya memasukkan potongan sampah dan daun kering lalu menyemprotkan bioaktivator EM-4 dan molase kedalam sampah rumah tangga dan daun yang ditempatkan di ember Kompos merupakan bentuk akhir dari bahan Organik setelah mengalami proses pembusukan oleh Mikroorganisme dan yang didukung oleh suhu dan udara yang memenuhi syarat proses pembusukan Proses pengomposan sampah rumah tangga, terutama dari limbah buah dan sayuran, cenderung menghasilkan lebih banyak kompos cair karena kadar air yang tinggi. Faktor-faktor seperti lama proses pengomposan juga mempengaruhi kualitas akhir kompos, terutama dalam hal kandungan C-organik. Upaya pengomposan ini tidak hanya mengatasi masalah penumpukan sampah organik, tetapi juga memberikan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan limbah dan peningkatan kesuburan tanah di perkotaan.
Kajian Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Kebisingan di Rumah Sakit “X” Bojonegoro Muhammad Khilmi Alkhatib; Muhammad Abdus Salam Jawwad
Jurnal Penelitian Rumpun Ilmu Teknik Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Penelitian Rumpun Ilmu Teknik
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/juprit.v4i1.4772

Abstract

Hospital "X" Bojonegoro is obliged to prepare a DELH because it has been operating without environmental documents. Research focuses on measuring noise as a physical parameter. The aim is to determine the noise level in the hospital environment and evaluate the efficiency of management and monitoring of the impact of noise that has been carried out. Noise sampling was carried out on August 6 2024 at four points around "X" Bojonegoro Hospital. Quantitative research uses descriptive analysis and evaluation methods. RKL-RPL is prepared based on Minister of Environment and Forestry Regulation No. P.102/2016. The study in December 2024 used noise sampling data, RKL-RPL matrix reports, and exploratory data. The aim is to complete the hospital's Environmental Evaluation Document. Hospital "X" noise analysis shows levels exceeding standards at the entrance. Mitigation includes a 4 meter brick barrier (29.04 dB(A) reduction) and green open space with Angsana and Trembesi trees (7.2-16 dB absorption). Hospital "X" monitoring shows levels exceeding standards at the entrance. Mitigation includes a 4 meter brick barrier (29.04 dB(A) reduction) and green open space with Angsana and Trembesi trees (7.2-16 dB absorption). Monitoring at 4 points twice a year still shows one point does not meet standards. In accordance with Minister of Environment Decree No. 48/1996, sampling evaluation needs to be carried out every three months.