Kegagalan dalam menyadari perburukan pasien di rumah sakit dapat menyebabkan situasi yang mengancam nyawa, pemanjangan masa rawatan, dan kecacatan maupun disabilitas yang signifikan. Deteksi dini pasien meliputi pemeriksaan dan interpretasi tanda vital, dokumentasi, komunikasi ke pihak terkait, serta manajemen medical emergency team (METs) yang tepat, merupakan landasan dalam meningkatkan luaran pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi National Early Warning Score (NEWS) oleh METs terhadap luaran dan perawatan pasien pada Unit Intensif di RSUD dr. Zainoel Abidin (RSUDZA). Penelitian ini termasuk studi observasional analitik dengan total 372 sampel yang dilakukan aktivasi METS dan berusIa ≥ 18 tahun. Data penelitian diambil dari laporan METS sesuai kriteria Early Warning Score dari seluruh ruangan di RSUDZA pada Bulan Mei-Juli 2024. Penelitian menilai luaran pasien, ruang rawat pasca aktivasi METS, serta hubungan keduanya. Pasien yang dirawat di ruang intensif dievaluasi 24-48 jam setelah dilakukan penatalaksanaan oleh METs. Aktivasi METs dilakukan pada 25 ruang rawat dan 2 ruang non-rawat. Aktivasi terbanyak dilakukan oleh DPJP Ilmu Penyakit Dalam (200 kali, 53,8%), diikuti oleh DPJP Neurologi (35 kali, 9,4%) dan DPJP Bedah Ortopedi (26 kali, 7%). Rerata waktu tanggap METs adalah 4,1 menit. Dari 372 pasien, terdapat 13 pasien dengan skor NEWS >15, 121 pasien dengan skor 11–15, 159 pasien dengan skor 7–10, dan 79 pasien dengan skor <7. Sebanyak 40 pasien menunjukkan perbaikan kondisi dan tetap dirawat di ruang semula, 75 pasien mendapat rawatan lanjutan di HCU, dan 38 pasien di ICU. Selain itu, 131 pasien mendapat perawatan paliatif di ruang rawat semula. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara implementasi NEWS oleh METs terhadap luaran dan perawatan pasien pada unit perawatan intensif. Pasien yang mendapat perawatan lanjutan di ruang rawat intensif (HCU/ICU) memiliki angka harapan hidup yang lebih baik dalam 48 jam setelah aktivasi METs (p = 0,007).