Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Upcycling Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Green Filler Teraktivasi Ultrasonik dan Aplikasinya Sebagai Pengisi Kompon Karet Soeherman, Giffary Pramafisi; Putri, Pridata Gina; Fahrulsyah, Fahrulsyah; Agassi, Taufik Nugraha; Indrawan, Iyan
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 19, No 1 (2025): TEKNOTAN, April 2025
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol19n1.4

Abstract

Cangkang kelapa sawit (CKS) merupakan salah satu hasil samping produksi industry pengolahan sawit yang hingga saat ini, di Indonesia, masih belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu pemanfaatan CKS sebagai bahan dengan serat tinggi yaitu dengan cara mengubahnya menjadi material tinggi karbon. Material karbon ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan pengisi bagi industry pengolahan karet untuk menggantikan Sebagian besar carbon black (CB) yang tidak ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi CB menggunakan green filler CKS teraktivasi ultrasonik terhadap karakteristik mekanis kompon karet berbahan dasar lump. CKS melalui proses pirolisis diubah menjadi arang dan diaktivasi menggunakan ultrasonic dengan frekuensi 40 kHz selama 15 menit. Arang aktif CKS yang diperoleh kemudian ditambahkan ke dalam formulasi kompon sebagai pengganti substitusi carbon black dengan formulasi berbeda sesuai dengan perlakuan. Kompon yang dihasilkan diuji karakteristik curing-nya sebelum dicetak menggunakan hot press. Vulkanisat yang diperoleh kemudian diuji karakteristik mekanisnya yang meliputi kekerasan, kuat Tarik, perpanjangan putus, dan young modulus. Kompon dengan 100% carbon black menghasilkan nilai torsi minimum (ML), torsi maksimum (MH), waktu pemasakan optimum (TC90) dan waktu scorch (ts2) sebesar 13,02 kgf-cm, 34,54 kgf-cm, 232 detik, dan 101 detik secara berturut-turut. Kompon dengan komposisi filler 30 phr CB dan 30 phr arang CKS teraktivasi ultrasonic memiliki ML, MH, TC90, dan ts2 sebesar 9,35 kgf-cm, 12,28 kgf-cm, 98 detik, dan 91 detik secara berturut-turut.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA KARBONISASI DALAM OPTIMALISASI RENDEMEN ARANG DAN REDUKSI VOLUME ASAP DI KELOMPOK TANI SIMBARINGIN DUSUN SIDOSARI LAMPUNG SELATAN Ningtyas, Kurnia Rimadhanti; Fahrulsyah, Fahrulsyah; Agassi, Taufik Nugraha; Soeherman, Giffary Pramafisi; Harahap, M. Perdiansyah Mulia; Putri, Pridata Gina
Jurnal Pengabdian Nasional Vol 6 No 1 (2025)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jpn.v5i2.4223

Abstract

Proses karbonisasi atau pengarangan pada usaha arang tempurung kelapa di kelompok tani simbaringin memiliki beberapa permasalahan antara lain proses pengarangan masih menggunakan alat yang sederhana sehingga rendemen arang belum optimal dan volume asap yang yang cukup banyak dari proses pembakaran tempurung kelapa. Oleh sebab itu kegiatan PKM ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi alat karbonisasi dengan teknologi tepat guna sehingga terdapat peningkatan rendemen pada produk arang dan dapat mereduksi volume asap dari proses pembakaran, serta melakukan transfer pengetahuan terkait proses produksi arang yang memiliki kualitas yang sesuai standar. Program PKM ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan antara lain: tahap awal berupa dikusi dengan pengusaha arang, dilanjutkan dengan membuat desain alat pirolisis untuk proses karbonisasi tempurung kelapa dilanjutkan dengan transfer iptek kepada pengusaha arang di Desa Simbaringin serta dilakukan diskusi bersama kembali sebagai bentuk monitoring dan evaluasi kegiatan PKM. Kegiatan awal PKM dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2024 di tempat usaha Bapak Andri M. Solihin. Pada kegiatan tahap awal ini dilakukan diskusi bersama untuk menyatukan persepsi. Teknologi tepat guna berupa alat pirolisis yang diterapkan di kelompok tani Simbaringin ini diharapkan dapat meningkatkan rendemen dari produk arang tempurung kelapa sebesar 10 % dan dapat mereduksi asap yang dihasilkan dari proses pembakaran dengan suhu berkisar dari 200 o C – 400 o C. Prinsip dari alat ini adalah pembakaran tidak langsung dimana bahan bakar tidak bersentuhan langsung dengan tempurung kelapa serta merubah asap yang ada pada ruang reaktor menjadi asap cair. Kata kunci : arang, karbonisasi, rendemen, teknologi tepat guna
KAJIAN KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA AGROINDUSTRI KERUPUK IKAN LELE (Clarias batrachus) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri blume) Rahmawati, Suci Hardina; Putra, Muhammad Apandi; Fahrulsyah, Fahrulsyah; Harahap, M Perdiansyah Mulia
Jurnal Pengembangan Agroindustri Terapan Vol 2 No 2 (2023)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jupiter.v2i2.3244

Abstract

Tepung porang dari umbi porang (Amorphophallus muelleri blume) memiliki kandungan serat pangan larut yang strukturnya mirip dengan pectin atau disebut juga glukomanan dengan kandungannya sebanyak 67%. Menurut salah satu petani porang di lampung selatan menyebutkan bahwa ekspor porang di berhentikan karena kualitas porang di Indonesia kurang baik. Oleh karena itu penelitian ini memanfaatkan porang untuk diambil tepungnya guna bahan campuran kerupuk ikan lele. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kerupuk ikan lele baik secara sensori maupun proksimat. hasil yang telah dicapai pada penelitian ini pengolahan kerupuk ikan lele dengan penambahan bahan dasar tepung porang diuji dengan parameter organoleptik dan proksimat yaitu : Uji proksimat sampel kontrol pada kadar air 9,3865, kadar abu 6,0316, lemak 0,3452, protein 3,5992, serat kasar 1,2993, dan karbohidrat 80,6374 dan pada sampel produk kadar air 10,3687, kadar abu 5,7409, lemak 0,4752, protein 4,7991, serat kasar 1,5307, dan karbohidrat 78,6252. Uji organoleptik sampel kontrol warna rata-rata 2,3=23 penilaian panelis biasa sedangkan sampel produk warna 2,8=28 penilaian panelis suka, sampel kontrol aroma rata-rata 2,2=22 penilaian panelis biasa sedangkan sampel produk aroma 2,8=28 penilaian panelis suka, sampel kontrol tekstur rata-rata 2,3=23 penilaian panelis biasa, sedangkan sampel produk tekstur 2,9=29 penilaian panelis suka, sampel kontrol rasa rata-rata 2,3=23 penilaian panelis biasa, sedangkan sampel produk rasa 3=30 penilaian panelis suka.
Evaluating the Quality and Added Value of Durian Peel Briquettes Using Tar Waste as Adhesive Fahrulsyah, Fahrulsyah; Ningtyas, K R; Agassi, T.N; Harahap, M. P. M
AJARCDE (Asian Journal of Applied Research for Community Development and Empowerment) Vol. 7 No. 3 (2023)
Publisher : Asia Pacific Network for Sustainable Agriculture, Food and Energy (SAFE-Network)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29165/ajarcde.v7i3.360

Abstract

Durian peel has a cellulose content that reaches 64.51%. The high cellulose value in durian peel has the potential to be an energy source for making bio-briquettes. Charcoal biobriquettes require adhesive to hold the charcoal powder together, affecting the calorific value. In this research, the adhesive used was tapioca flour and tar. To measure the quality of durian peel briquettes, the water content, ash content, calorific value, and added value of the product were tested. The research showed that durian peel briquettes treated with variations in tapioca flour and tar adhesive (3:1) had good quality. This can be seen from the water content of 9.41% and the ash content of 13.6%; these values ??are still by the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 47 of 2006. The calorific value of the briquette product is 9694.53 cal/g and entered into SNI standards. Calculation or analysis of product-added value is calculated using the Hayami method. IDR is the added value from the one-time processing of durian peel bio briquette production with 30 kg of raw materials. IDR. 7000/kg. Based on the added value ratio when connected to Hubeis theory, the added value of this biobriquette product is in the high category (>40%).
Analisis karakteristik kimiawi pada kerupuk ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan tepung Porang (Amorphophallus oncopphyllus) Rahmawati, Suci Hardina; Wijayanti, Arlin; Fahrulsyah, Fahrulsyah
Agrokompleks Vol 23 No 2 (2023): Agrokompleks Edisi Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerupuk merupakan salah satu olahan makanan yang sangat populer dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Kerupuk adalah camilan yang mengandung lemak, akibat proses penggorengan yang menyebabkan kandungan lemak pada kerupuk meningkat. Kerupuk ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu diversifikasi produk perikanan, dimana kandungan gizi pada ikan nila sangat baik, yakni berupa protein sebesar 16–24%. Penambahan daging ikan nila pada proses pembuatan kerupuk berfungsi sebagai enrichment untuk memperkaya kandungan gizi dalam kerupuk tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan penambahan tepung porang (Amorphophallus oncopphyllus) yang memiliki kandungan gizi tinggi, salah satunya adalah senyawa glukomanan sebesar 45–65%. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai pengenyal alami pada pembuatan kerupuk ikan nila. Kombinasi antara daging ikan nila dan penambahan tepung porang diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi pada kerupuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persentase penambahan tepung porang terhadap karakteristik kimiawi pada kerupuk ikan nila. Adapun formulasi penambahan tepung porang pada pembuatan kerupuk ikan nila ini yaitu 0%; 5%; 10%; 15%; dan 20%. Analisis karakteristik kimiawi pada kerupuk ikan yang diberi penambahan tepung porang dilakukan melalui uji proksimat. Analisis uji proksimat yang dilakukan meliputi uji kadar abu, kadar air, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar protein, dan kadar serat kasar. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut dianalisis secara kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar persentase penambahan tepung porang pada kerupuk ikan nila akan menurunkan kadar lemak, protein, karbohidrat dan meningkatkan kadar abu, kadar air, dan kadar serat kasar pada kerupuk ikan nila.