Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE CHAMPION OF THE GRASSROOTS REVISITED: An Episode of Emha Ainun Najib's Stage Performance and Environmental Activism against Cement-Mining Corporations in Northern Kendeng of Pati, Indonesia Faizi, Fuad; Lukito, Ratno; Fauzan, Achmad Uzair
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 17 No 2 (2022)
Publisher : UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2022.17.2.115-141

Abstract

Emha Ainun Najib (Cak Nun) is a charismatic and controversial Muslim cultural leader who has a wide audience in Indonesia. Along with an ensemble band called Kiai Kanjeng, he has monthly performances in various parts of Indonesia Adding to that, they are occasionally invited by institutions, individuals, or businesses. In the New Order era, on behalf of the disadvantaged, Cak Nun’s criticisms against a highly controversial dam project in 1980–1991 showed his rebellious tendencies in the face of state and elite despotism. As a result, Rasmussen (2010) eventually refers to him as “the champion of the grassroots.” However, since his involvement in the corporation-induced mudflow of Lapindo in Sidoarjo in 2006, his stand on the grassroots has actually been doubted. However, based on his recent stage performances in several regions hit by industrially-induced environmental crises, particularly in Pati's northern Kendeng, some groups have begun to question whether the assumption that Cak Nun is “the champion of the grassroots” is still relevant. By elaborating on the ways in which various onstage and backstage stories were formed in northern Kendeng, this paper argues that Cak Nun is perceived to deliver confusing messages, resulting in the affected communities becoming more divided and fragmented.
DARI BERKAH KE PENDISIPLINAN DIRI: SIGNIFIKANSI MONDOK DALAM PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK Nurul Izza, Yusnidha Azzahra; Fauzan, Achmad Uzair
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6582

Abstract

Dewasa ini muncul pengarusutamaan pesantren, termasuk dalam bentuk akomodasi dan endorsement Pemerintah untuk memperkuat integrasi pesantren dalam pendidikan nasional. Sebagai bagian dari kebijakan akomodasi ini, penerima beasiswa bidikmisi UIN Sunan Kalijaga diwajibkan untuk mondok di salah satu pesantren mitra Universitas. Salah satu pesantren mitra tersebut adalah Nawesea, yaitu pondok pesantren mahasiswa yang fokus pada pengembangan bahasa asing, peningkatan akademik, dan peningkatan spiritualitas. Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswi alumni Nawesea tentang pengalaman mondok mereka dan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya persepsi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan pengumpulan dokumen yang sudah ada berupa buku atau penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Dengan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert Blumer, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswi alumni Nawesea memaknai mondok sebagai pengalaman yang positif namun dengan beragam penjelasan dari sudut pandang subjektif mereka. Dengan merunut pengalaman subyektif mereka, pemaknaan positif tentang mondok ini tumbuh bukan karena adanya kewajiban beasiswa atau tekanan dari struktur, melainkan karena praktik dan interaksi sosial individu santri dengan lingkungan dan sesama santri. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Interaksionisme Simbolik yang menyatakan bahwa fenomena (dalam hal ini pengalaman mondok) memiliki signifikansi positif karena proses reflektif masing-masing individu sebagai hasil dari pemaknaan subjektif mereka terhadap interaksi sosial di sekitarnya.