Makanan cepat saji merupakan makanan yang memiliki kandungan kalori, lemak, garam, dan gula yang tinggi tetapi rendah akan protein dan mikronutrien. Semakin meningkatnya beban akademik dapat membuat makanan cepat saji yang praktis menjadi pilihan menarik bagi kalangan mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres, emotional eating, dan pengetahuan gizi dengan konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa gizi dan non gizi di IPB. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan melibatkan 30 mahasiswa gizi serta 30 mahasiswa non gizi. Data karakteristik subjek, tingkat stres, emotional eating, pengetahuan gizi, dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Sebagian besar subjek berada pada tingkat stres sedang, yaitu 73,3% pada mahasiswa gizi dan 70,0% pada mahasiswa non gizi. Mayoritas mahasiswa gizi termasuk dalam kategori emotional eater (66,7%), sementara mayoritas mahasiswa non gizi termasuk dalam kategori non emotional eater (56,7%). Sebagian besar subjek memiliki pengetahuan gizi yang baik, yaitu 56,7% pada mahasiswa gizi dan 50,0% pada mahasiswa non gizi. Frekuensi konsumsi makanan cepat saji lebih tinggi pada mahasiswa gizi (37,00±18,45) dibandingkan mahasiswa non gizi (34,60±17,92). Terdapat perbedaan signifikan antara mahasiswa gizi dan non gizi pada tingkat stres dan pengetahuan gizi. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara tingkat stres dengan emotional eating serta antara tingkat stres dan pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (p>0,05). Namun, terdapat hubungan positif yang signifikan antara emotional eating dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (p<0,05).