Bibi, Raihana Elnas
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Health belief model dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus Bibi, Raihana Elnas; Purwanti, Okti Sri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 6 (2024): Volume 18 Nomor 6
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i6.338

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease characterized by blood sugar levels that exceed normal limits and if not treated quickly and appropriately can cause complications in the eyes, kidneys, nerves, and blood vessels. The prevalence and number of DM sufferers have increased rapidly over the past few years, making this disease one of the four priority non-communicable diseases (NCDs). One of the behavioral theories widely used in cases of DM sufferers is the Health Belief Model (HBM), this theory is able to analyze a person's perception of their illness and the reasons why someone wants or does not want to make changes to their behavior. Purpose: To determine the relationship between the health belief model and medication adherence in DM patients. Method: Descriptive correlational quantitative research with a cross-sectional approach. This research was conducted at the Baki Health Center in August 2023-February 2024. Sampling using simple random sampling of 87 respondents. The independent variable in this study is the health belief model (HBM), while the dependent variable is medication adherence. The instruments used were the Health Belief Model (HBM) questionnaire and the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) questionnaire. Data analysis used univariate and bivariate analysis of the Spearman rank test. Results: Poor health belief model causes poor medication adherence 38 (73%). While a good health belief model can increase good medication adherence 20 (58.8%). The results of statistical tests show that this correlation is significant with a p value of 0.01, while the correlation coefficient between the two variables is 0.864. This indicates a strong relationship between the two variables. Conclusion: There is a relationship between the health belief model and medication adherence in DM patients. The higher the Health Belief Model, the higher the DM patient's compliance in taking medication.   Keywords: Adherences; Diabetes Mellitus (DM); Health Belief Model.   Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah melebihi batas normal dan apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Prevalensi dan jumlah penderita DM meningkat pesat selama beberapa tahun terakhir, hal ini menjadikan penyakit tersebut sebagai salah satu dari empat penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi prioritas. Salah satu teori perilaku yang banyak digunakan dalam kasus penderita DM adalah health belief model (HBM), teori ini mampu menganalisis persepsi seseorang terhadap penyakit dan alasan seseorang mau atau tidak melakukan perubahan terhadap perilakunya. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan health belief model dengan kepatuhan minum obat pada pasien DM. Metode: Penelitian kuantitatif deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Baki pada bulan Agustus 2023-Februari 2024. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 87 responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah health belief model (HBM), sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan minum obat. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Health Belief Model (HBM) dan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat uji rank spearman. Hasil: health belief model yang buruk menyebabkan kepatuhan minum obat yang buruk pula 38 (73%), sedangkan health belief model yang baik dapat meningkatkan kepatuhan minum obat yang baik pula 20 (58.8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa korelasi yang signifikan (p-value 0.01) dan koefisien korelasi antara kedua variabel sebesar 0.864. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara kedua variabel. Simpulan: Terdapat hubungan antara health belief model dengan kepatuhan minum obat pada pasien DM. Semakin tinggi Health Belief Model, maka akan semakin tinggi kepatuhan penderita DM dalam mengonsumsi obat.   Kata Kunci: Diabetes Melitus (DM); Health Belief Model; Kepatuhan Minum Obat.
The Relaksasi Pernapasan dengan Teknik Ballon Blowing pada Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien dengan Edema Paru Bibi, Raihana Elnas; Purwanti, Okti Sri
Jurnal Ners Vol. 9 No. 3 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i3.47619

Abstract

Pendahuluan: Edema paru akut merupakan suatu kondisi ketika terjadi akumulasi cairan di paru paru (ruang insterstitial dan alveoli). Cairan ini memenuhi alveolus di dalam paru-paru yang menyebabkan seseorang sulit untuk bernafas. Kondisi ini menyebabkan gejala seperti dyspnea, batuk dan penurunan saturasi oksigen. Salah satu penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan Ballon Blowing. Tujuan : Mengetahui efektivitas teknik ballon blowing dalam meningkatkan saturasi oksigen pasien edema paru. Metode: Karya tulis ilmiah ini merupakan studi kasus menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dengan pengaplikasian Evidance Based Nursing. Studi kasus ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian balloon blowing yang dilakukan selama 10 menit pada penderita edema paru. Teknik pernapasan meniup balon dilakukan dengan cara mengeluarkan udara secara perlahan dan dengan menggunakan bibir yang mengerucut kemudian ditiupkan udara kedalam balon. Saturasi oksigen diukur menggunakan oksimeter sebelum dan sesudah intervensi. Hasil: Setelah pemberian balloon blowing menunjukkan bahwa saturasi oksigen meningkat signifikan dari 80% menjadi 96% dan frekuensi pernapasan membaik dari 28x/menit menjadi 20x/menit dan penurunan penggunaan otot bantu napas. Kesimpulan : Menarik napas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut dengan menggunakan teknik ballon blowing dapat meningkatkan saturasi oksigen pada penderita edema paru, Kombinasi pernapasan diafragma dan ekspirasi terkontrol berperan dalam optimalisasi pertukaran gas, mengurangi beban kerja otot pernapasan, dan memperbaiki ventilasi alveoli. Kata Kunci: Balloon blowing, Edema paru, Saturasi oksigen, Tuberculosis