Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Psychogenic Non-Epileptic Seizure (Pnes) – Laporan Kasus Ursula, Ferrel Briliyant; Putri, Adinda Zhafira Dyanti; Utami, Hening Tri
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i2.26208

Abstract

Psychogenic Non-Epileptic Seizure (PNES) adalah kejadian paroksismal dan tiba-tiba yang menyerupai kejang epileptic namun tidak disebabkan oleh suatu gangguan organic, yang dibutkikan oleh rekaman elektroensefalogragi (EEG) yang menunjukkan bahwa aktivitas otak normal selama kejadian yang menyerupai kejang. Sebaliknya, gangguan ini merupakan manifestasi dari tekanan psikologis dan emosi yang belum terselesaikan. PNES dapat terjadi pada semua usia namun paling sering terjadi antara usia 15 - 35 tahun, dan lebih sering terjadi pada wanita. Gangguan ini sering salah didiagnosis sebagai epilepsi, sehingga menempatkan pasien pada risiko komplikasi iatrogenik. Kami telah melaporkan sebuah kasus PNES pada wanita usia 22 tahun yang mengalami kejang pada bagian kanan tubuh secara tidak sinkronik, yang awalnya ditatalaksana sebagai kejang epileptik namun tidak didapatkan gelombang epileptogenikk pada EEG sehingga didiagnosis PNES. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien, PNES harus dengan cepat dievaluasi dan ditangani secara psikiatrik. PNES juga berhubungan dengan berbagai kondisi komorbiditas psikiatri sehingga kondisi-kondisi ini juga harus ditatalaksana secara adekuat
Case Report: Myasthenia Gravis Ramadhani, Metha Rizky; Utami, Hening Tri
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i8.16336

Abstract

Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun langka yang disebabkan oleh antibodi yang menyerang membran postsinaptik di persimpangan neuromuskuler. Antibodi ini menyebabkan kelelahan dan kelemahan otot yang menjadi ciri khas dari MG. Walaupun penyakit ini jarang, ada peningkatan jumlah kasus dalam beberapa tahun terakhir. Myasthenia gravis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien serta mempengaruhi aspek keuangan dan kesehatan mental mereka, sehingga pengobatan yang tepat sangat diperlukan. Kami melaporkan kasus seorang pasien berusia 37 tahun yang datang ke IGD di RS Tipe B Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami patofisiologi Myasthenia Gravis (MG) serta mengevaluasi efektivitas pengobatan MG pada pasien berusia 37 tahun dengan riwayat MG selama empat tahun. Metode penelitian melibatkan pemeriksaan subjektif melalui anamnesis dan objektif melalui evaluasi fisik pasien, serta pemberian terapi Piridostigmin dengan dosis 3x60 mg secara teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan subjektif dan objektif membantu dalam diagnosis dan pemberian terapi yang tepat. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa pengobatan yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan prognosis pasien MG. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya pemeriksaan subjektif dan objektif dalam diagnosis dan pengobatan MG, serta perluasan penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih dalam patofisiologi dan pengobatan MG.