Masalah kesehatan mental secara global menjadi ancaman serius bagi para remaja yang masih mencari jati diri. Komunikasi antara orang tua dan remaja yang tidak baik dapat menyebabkan dampak negatif seperti perilaku penyimpang, depresi dan perilaku bunuh diri. Tujuan penelitian menganalisa hubungan pola komunikasi keluarga terhadap permasalahan kesehatan mental pada remaja. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan cross sectional design. Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta dengan jumlah sampel 122 orang menggunakan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Revised Family Communication Pattern (RFCP) dan Children Depression Inventory (CDI). Analisis statistik yang digunakan yaitu uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak responden berjenis kelamin perempuan (56,8%), usia terbanyak responden berusia 16 tahun (40,9%), pola komunikasi keluarga responden terbanyak adalah konsensual (61,0%) dan responden yang memiliki gejala depresi (50,6%). Hasil uji pearson chi-square diperoleh nilai p value = 0,003 (< 0,05) sehingga terdapat hubungan pola komunikasi keluarga terhadap kejadian depresi pada remaja. Pola komunikasi orang tua memainkan peran penting dalam membentuk kesehatan mental sehingga perlu di implementasikan dan di integrasikan sedini mungkin. Urgensi kesehatan mental diperlukan sebgai strategi pencegahan dan penanganan yang tepat terhadap permasalahan kesehatan mental terutama depresi dan bunuh diri. Adapun saran bagi orang tua dalam pola mengasuh dengan melakukan dan memperbanyak kegiatan yang positif serta melakukan pantauan penggunaan media sosial.