Non-union tibia pascatrauma merupakan kondisi ortopedi kompleks yang sering kali memerlukan teknik bedah tingkat lanjut untuk mencapai hasil yang sukses. Kondisi ini dapat secara signifikan mengganggu kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari karena nyeri kronis dan keterbatasan fungsional, yang menyebabkan prognosis yang buruk jika tidak ditangani dengan tepat. Seorang wanita berusia 38 tahun datang dengan non-union tibia kiri setelah kecelakaan lalu lintas. Penanganan awal meliputi reduksi terbuka dan fiksasi eksternal (OREF) untuk menstabilkan fraktur. Namun, pencitraan tindak lanjut menunjukkan penyembuhan tulang yang tidak memadai, ditandai dengan pembentukan kalus yang buruk dan cacat tulang yang signifikan. Karena kegagalan proses remodeling tulang alami, intervensi sekunder menggunakan teknik transportasi tulang dilakukan. Metode ini, berdasarkan osteogenesis distraksi, melibatkan transportasi segmen tulang secara bertahap untuk mendorong pembentukan tulang baru dan menutup cacat. Prosedur transportasi tulang, dikombinasikan dengan fiksasi eksternal, secara efektif mengatasi cacat tulang besar yang diakibatkan oleh kegagalan OREF. Sepanjang tindak lanjut, regenerasi tulang progresif diamati, dengan pasien melaporkan perbaikan baik dalam nyeri maupun fungsi. Kasus ini menyoroti pentingnya strategi bedah adaptif untuk menangani non-union dan peran transportasi tulang dalam mengobati fraktur tibialis yang kompleks.