Hilangnya mega merah umumnya digunakan sebagai acuan penentuan awal waktu Isya kerap menimbulkan kontroversi pendapat yang berbeda oleh para ahli. Perbedaan ini yang mendasari penggunaan metode blink comparator dalam teknik analisa citra astrofotografi. Penelitian ini menggunakan teori sudut pandang dari tokoh ahli falak, Tono Saksono. Sebagai parameter perhitungan, penelitian ini menggunakan perspektif Kementrian Agama RI sebagai parameter validasinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana observasi lapangan (field research) dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini. Data primer berasal dari hasil akusisi data di lapangan yang dilakukan di Pantai Trisik, Kulon Progo. Data sekunder diunduh dari online data; weather spark dan light pollution map. Senja atau syafaq belum hilang secara sempurna atau bahkan hilang lebih cepat sebelum ketinggian Matahari mencapai -18°. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor alam yaitu cuaca, kondisi awan dan hujan serta factor dari lingkungan sekitar seperti polusi cahaya. Dari perspektif Kementerian Agama RI dalam situs website Bimas Islam, awal waktu salat di Pantai Trisik dinilai tidak sesuai. Ditinjau dari situs peta kecerlangan langit (light pollution maps) daerah ini memiliki indeks skala bortle level 3 dinilai ideal untuk dilakukan pengamatan syafaq al-ahmar. Dalam penelitian ini secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa kriteria Tono Saksono tidak sesuai dalam penentuan waktu akhir mega merah di Pantai Trisik, Kulon Progo, dan kriteria Kementerian Agama RI lebih sesuai untuk lokasi tersebut.