The purpose of this research is to reveal the direct meaning or conceptual meaning and figurative meaning or associative meaning. The method used in this research is analytical descriptive method with data collection techniques by literature review, namely looking for the data needed and then recording it so that there are six data used which are sourced from several libraries namely “Kamus Bahasa Sunda R.A. Danadibrata”, “Kamus Idiom Sunda-Indonesia”, and “Peperenian Urang Sunda”. The data used were Ngadaun seureuh, Bitis Jaksi Sajantung, Mucuk Eurih, Lambey Jeruk Sapasi, Pipi Kadu Sapasi and Héjo Carulang. The analysis technique starts from collecting data, reducing the initial data and analyzing the data used in this study. The result of this study is to reveal that the conceptual meaning does not show the standard of beauty in Sundanese language but refers to the plant used as a simile, but the standard of beauty can be found when looking by means of associative meaning or figurative meaning that is continuous with the referred flora. The beauty is borrowed from the form or nature of the flora used in the idiom. AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap makna langsung atau makna konseptual dan makna kiasan atau makna asosiatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif analitis dengan teknik pengumpulan data dengan tinjauan pustaka yakni mencari data yang dibutuhkan lalu mencatatnya sehingga terdapat enam data yang digunakan yang bersumber dari beberapa pustaka yakni “Kamus Bahasa Sunda R.A. Danadibrata”, “Kamus Idiom Sunda-Indonesia”, dan “Peperenian Urang Sunda”. Data yang digunakan adalah Ngadaun seureuh, Bitis Jaksi Sajantung, Mucuk Eurih, Lambey Jeruk Sapasi, Pipi Kadu Sapasi dan Héjo Carulang. Teknik analisis dimulai dari pengumpulan data, mereduksi data awal dan menganalisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah mengungkap bahwa makna konseptual tidak menunjukan standar kecantikan dalam bahasa Sunda melainkan merujuk pada tanaman yang digunakan sebagai perumpamaan, namun standar kecantikan tersebut dapat ditemukan apabila melihat dengan cara makna asosiatif atau makna kiasan yang berkesinambungan dengan flora yang dirujuk. Kecantikan tersebut dipinjam dari bentuk atau sifat flora yang digunakan dalam idiom tersebut.