Meurina Desthabu
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberantasan Revenge Porn di Lingkungan Sekolah Menengah Atas Ditinjau dengan Hukum Positif di Indonesia Muhammad Fauzan; Hanif Fil'Awalin; Davina Dewi Aulyanti; Meurina Desthabu; Biyandra Timothee A; Lintang Aulia Zahra; Zefanya Angelica Situmeang; Feby Welgaputri; Muhammad Naufal; Karina Josephine Siregar; Adnasohn Aqilla Respati; Handar Subhandi Bakhtiar
Jurnal Hukum Statuta Vol 2 No 3 (2023): Volume 2, Nomor 3, Agustus 2023
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35586/jhs.v2i3.5692

Abstract

Abstract Revenge Porn is booming among children or high school students who meet. More than that, there are rules for revenge porn itself in the laws and regulations. Therefore, there is a need for further research on revenge porn as a crime, the regulation of revenge porn is reviewed by Law Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions and Law Number 12 of 2022 concerning the Crime of Sexual Violence, and to know the reporting procedure when there is a porn revenge case. The research method used is normative research with an approach to laws and regulations. The data collection method used in this research is literature study. The results of this study indicate that revenge porn is a crime if there is an intention of the perpetrator to take revenge on the victim due to several factors such as the hurt experienced by the perpetrator. In addition, there can also be coercion and extortion that can aggravate the perpetrator when it is reported by the victim. In the ITE Law, there is a provision for revenge porn which is contained in Article 27 Paragraph (3). The relevance between the ITE Law and TPKS is the opening of electronic devices in the ITE Law that can be used for the needs of victims in reporting victim evidence with the TPKS Law. The procedure for reporting porn revenge cases can be seen in the Regulation of the Head of the Indonesian Police Number 6 of 2019 concerning Criminal Investigations.
Strengthening the Capacity of Civil Servant Investigators' Duties and Functions in Handling Forestry Law Violation Cases Meurina Desthabu; Syamsul Hadi
KRTHA BHAYANGKARA Vol. 19 No. 2 (2025): KRTHA BHAYANGKARA: AUGUST 2025
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/krtha.v19i2.4034

Abstract

Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang kehutanan berdampak sangat besar untuk membuktikan adanya suatu pelanggaran hukum terhadap hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan sebelum diproses lebih lanjut oleh pihak Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penuntut Umum. Penyidikan dimulai dengan adanya penemuan maupun laporan/aduan dari pihak-pihak yang memiliki kesaksian terhadap suatu dugaan terkait pelanggaran hukum menyangkut kehutanan. Dikarenakan terbatasnya kewenangan yang dimiliki oleh seorang PPNS bidang kehutanan, maka dibutuhkan adanya koordinasi dan pengawasan oleh  Aparat Penegak Hukum (APH) seperti Penyidik Polri dan Jaksa guna melakukan tindak lanjut atas seluruh cukup bukti yang didapatkan. Namun, bukan hanya karena perpanjangan dari APH yang membuat kasus pelanggaran bidang kehutanan menemui penyelesaian, melainkan karena pelaksanaan tugas dan fungsi PPNS secara internal di lapangan. Sebab jika hanya bertaut pada kewenangan absah yang tertuang pada Pasal 77 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, belum cukup mengakomodir kinerja PPNS untuk memaksimalkan kredit penyelesaian penyidikan terhadap setiap kasus yang ditangani. Maka dari itu penelitian ini akan berfokus pada penguatan tugas dan fungsi PPNS bidang kehutanan agar tercapainya penyidikan yang lebih efektif, solutif, dan akuratif terhadap kasus yang seringkali tidak dapat terprediksi jenis dan bentuknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual melalui kumpulan data dari suatu permasalahan hukum yang dinalisa menjadi sebuah penjabaran deskriptif berupa argumentasi penyelesaian. Sehingga penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan praktik penyampaian solusi sebagai alternatif yang dapat menjadi suatu pertimbangan terhadap disiplin ilmu yang ditekuni penulis.