Yulistin Tresnawaty
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI SOSIAL DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK BERBAKAT INTELEKTUAL Yulistin Tresnawaty
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 1 No 1 (2015): 2015
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v1i1.9200

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan adanya hubungan penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif anak berbakat intelektual serta pengaruh yang diberikan oleh penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat intelektual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif anak berbakat intelektual dan seberapa besar pengaruh penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana seluruh populasi dilibatkan untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah seluruh anak berbakat intelektual yang mengikuti program akselerasi di salah satu SMA di Tangerang Selatan yang berjumlah 53 orang. Sampel tersebut terdiri atas 28 (52.83%) laki-laki dan 25 (47.17%) perempuan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala penyesuaian diri sosial dan skala perilaku agresif dengan model skala likert. Hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson, diperoleh hasil r hitung = -0,633. Setelah dibandingkan dengan r tabel, maka nilai r hitung lebih besar daripada r tabel pada taraf signifikansi 5% (0.279) dengan n=53. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri sosial dengan perilaku agresif anak berbakat intelektual. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat penyesuaian diri sosial anak berbakat intelektual, maka semakin rendah pula tingkat perilaku perilaku agresif yang ditunjukkan oleh anak berbakat intelektual dan begitupun sebaliknya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan variabel penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat intelektual dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Nilai koefisien R square (R2) sebesar 0.400 yang menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan penyesuaian diri sosial terhadap perilaku agresif anak berbakat sebesar 40%, dan selebihnya dipengaruhi oleh hal-hal lain diluar penelitian ini.
PENGGUNAAN CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS (CFA) DALAM PENGEMBANGAN ALAT UKUR TRAIT EMOTIONAL INTELLIGENCE QUESTIONNAIRE-SHORT FORM (TEIQUE-SF) Yulistin Tresnawaty
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 4 No 1 (2018): 2018
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v4i1.9225

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian validitas konstruk salah satu alat ukur yang mengukur kecerdasan emosional, yaitu Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQUE-SF) yang dikembangkan oleh Petrides et all (2001, 2003, 2009) sejumlah 30 item dan telah diadaptasikan kedalam Bahasa Indonesia oleh Tresnawaty (2014). TEIQUE-SF yang telah dikembangkan oleh Petrides et all (2009) ini terdiri dari empat dimensi utama dan dua dimensi tambahan. Empat dimensi utama nya terdiri dari dimensi well being, self control, sociability, dan emotionality. Sedangkan dua dimensi tambahannya adalah adaptability dan self motivation. Pengujian validitas konstruk ini dianalisis dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan lisrel 8.70. Tujuan dari menggunakan metode CFA adalah untuk mengkonfirmasi apakah benar 30 item yang terdapat pada TEIQUE-SF dan telah diadaptasikan hanya mengukur model satu faktor (fit), yang berarti bahwa semua item pada tiap-tiap dimensi mengukur hanya satu dimensi yang didefinisikan dalam alat ukur tersebut. Hasil penelitian model fit menunjukkan bahwa terdapat 19 item yang valid mengukur emotional intelligence (EI).
Keluarga Sakinah dan Konstruksi Alat Ukurnya Anisia Kumala; Yulistin Tresnawaty
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 5 No 1 (2019): 2019
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v5i1.9248

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana konsep keluarga sakinah dalam psikologi Islam dan konstruksi alat ukurnya. Berdasarkan studi literatur, keluarga sakinah adalah kondisi keluarga ideal (al-usroh al mistaaliyyah) yang lahir karena dasar iman kepada Tuhan dan menjadikan nilai agama sebagai pedoman dalam pernikahan, menunjukkan adanya pengalaman positif dalam interaksi dengan pasangan ditunjukkan dengan adanya perasaan positif (cinta dan kasih sayang), ketentraman, kesejahteraan, ketangguhan menghadapi masalah atau konflik, serta kesetaraan (sesuai hak dan kewajiban masing-masing). Dimensi pertama dari keluarga sakinah adalah hablun minallah yang direpresentasikan dengan iman dan mempedomani nilai agama dalam kehidupan perkawinan, sedangkan dimensi kedua adalah hablun minannas yang direpresentasikan dengan relasi antara suami, istri maupun orang lain. Penelitian ini kemudian menurunkan dimensi ke dalam item alat ukur yang dibuat. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai alat ukur ini, yaitu pengukuran reliabilitas dan validitas, korelasi dengan variabel lain yang serupa dan juga melakukan analisis faktor konfirmatori.
Integritas dan Nilai Dasar Individu Dikalangan Pegawai Bank Tri Amiroh Stiadi; Yulistin Tresnawaty
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 6 No 1 (2020): 2020
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v6i1.9260

Abstract

Integritas merupakan salah satu nilai budaya organisasi yang digunakan untuk menunjukan konsistensi, komitmen, serta kejujuran sebuah organisasi sehingga mendapat kepercayaan penuh dari pengguna jasa. Salah satu dimensi integritas adalah nilai yang dimiliki oleh individu. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai dasar individu yang terdiri dari sepuluh nilai yakni nilai power, achievement, hedonism, stimulation, self direction, stimulation, universalism, benevolence, conformity, tradition, dan security terhadap integritas di kalangan pegawai bank. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 222 orang yang terdiri dari laki – laki dan perempuan. Kriteria yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini adalah seorang pegawai bank, baik bank syariah maupun bank konvensional. Adapun jumlah pegawai bank syariah sebanyak 101 orang dan pegawai bank konvensional sebanyak 121 orang. Model skala yang digunakan adalah model skala likert. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari sepuluh nilai dasar individu, empat diantaranya memiliki pengaruh signifikan terhadap intergitas. Adapun hasil analisa datanya yakni adanya pengaruh positif yang signifikan antara variabel nilai universalism terhadap integritas dengan koefisien korelasi sebesar 5,890 dan P-Value sebesar 0,016 (P<0,05) adapun nilai R2 sebesar 0,026. Artinya nilai universalism memiliki kontribusi pengaruh sebesar 2,6% terhadap integritas dan sisanya 97,4% adalah variabel lain. Nilai benevolence memiliki pengaruh positif signifikan terhadap integritas dengan koefisien korelasi sebesar 21,237 dan P-Value sebesar 0,000 (P<0,05) adapun nilai R2 sebesar 0,088. Artinya nilai benevolence memiliki kontribusi pengaruh sebesar 8,8% terhadap integritas dan 91,2% adalah variabel lain. Nilai conformity memiliki pengaruh positif signifikan terhadap integritas dengan koefisien korelasi sebesar 3,960 dan P-Value sebesar 0,048 (P<0,05) adapun nilai R2 sebesar 0,018. Artinya nilai conformity memiliki kontribusi pengaruh sebesar 1,8% terhadap integritas dan 97,2% adalah variabel lain. Nilai tradition memiliki pengaruh positif signifikan terhadap integritas dengan koefisien korelasi sebesar 6,025 dan P-Value sebesar 0,015 (P<0,05) adapun nilai R2 sebesar 0,027. Artinya nilai traditon memiliki kontribusi pengaruh sebesar 2,7% terhadap integritas dan 97,3% adalah variabel lain.
Menghitung Pengaruh Agreeableness-Extraversion Terhadap Kesehatan Mental: Studi Kasus Pada Volunteer Dian Fairuz Izhidar; Yulistin Tresnawaty
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 6 No 2 (2020): 2020
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v6i2.9263

Abstract

Mental yang sehat merupakan keadaan individu yang sejahtera. Mental yang sehat ini mempengaruhi tentu akan mempengaruhi perilaku yang dimunculkan. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kesehatan mental adalah kepribadian. Dari lima dimensi kepribadian dalam trait big five personality, terdapat dua kepribadian yang memiliki nilai tertinggi dalam keinginan menolong orang lain, ramah, dan suka bersosialisasi yaitu agreeableness dan extraversion (Jabari et all, 2013; ChenLim et all, 2016). Ciri khas yang ada pada trait agreeableness dan extraversion ini selaras dengan ciri khas seorang volunteer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepribadian agreeableness dan extraversion terhadap kesehatan mental yang dimiliki oleh volunteer. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan karakteristik utama responden adalah seorang volunteer pendidikan yang berjumlah 113 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Diketahui juga dari 113 orang responden ini terdiri dari responden yang memiliki skor kepribadian Agreeablenes tertinggi berjumlah 58 orang dan responden yang memiliki kepribadian Extraversion tertinggi yang berjumlah 55 orang responden. Alat ukur yang digunakan adalah skala Big Five Inventory-2 Extra-Short dan skala Likert Kesehatan Mental. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara kepribadian agreeableness terhadap kesehatan mental dengan nilai R Square (R²) sebesar 0.186 , P = 0.001 (P<0.001) dan adanya pengaruh yang signifikan antara kepribadian extraversion terhadap kesehatan mental dengan nilai R Square (R²) sebesar 0.272 , P = 0.000 (P <0.001) atau dapat disimpulkan juga bahwa trait agreeableness dan ekstraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kesehatan mental para volunteer.
MENELISIK PERAN KOMITMEN RELIGIUS DALAM MENCARI PENGAMPUNAN ILAHI Yulistin Tresnawaty; Christiany Suwartono; Benedicta Prihatin Dwi Riyanti
Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 5 No. 1 (2025): Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/empowerment.v5i1.1366

Abstract

Manusia dan Konflik adalah dua hal yang tidak dapat dihindarkan. Setiap dari kita, tentunya pasti pernah berbuat salah dan juga pernah terluka akibat kesalahan yang dilakukan oleh oranglain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan religious commitment terhadap divine forgiveness dengan melibatkan 522 orang subjek penelitian, baik laki-laki dan perempuan yang berusia 17 hingga 60 tahun. Dalam penelitian ini, menggunakan dua alat ukur yang telah diadaptasikan oleh peneliti. Kedua alat ukur ini adalah RC-10 yang digunakan untuk mengukur religious commitment yang dikembangkan oleh Worthington et al (2003) dan divine forgiveness yang dikembangkan oleh Fincham & May (2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi interpersonal religious commitment tidak signifikan dalam mempengaruhi divivne forgiveness (R2 = 0.004; P>0.005), sedangkan dimensi intrapersonal religious commitment signifikan dalam mempengaruhi divine forgiveness (R2 = 0.011; P<0.005). Sehingga dapat diartikan bahwa 1,1% dari intrapersonal forgiveness berpengaruh terhadap proses pencarian pengampunan Ilahi dalam diri individu. Humans and Conflict are two things that cannot be avoided. Each of us, of course, must have made mistakes and also been hurt by mistakes made by others. This study aims to determine the role of religious commitment to divine forgiveness by involving 522 research subjects, both male and female aged 17 to 60 years. In this study, two measuring instruments that have been adapted by researchers were used. The second measuring instrument is the RC-10 which is used to measure religious commitment developed by Worthington et al. (2003) and divine forgiveness developed by Fincham & May (2019). The results of the study showed that the interpersonal dimension of religious commitment was not significant in influencing divine forgiveness (R2 = 0.004; P> 0.005), while the intrapersonal dimension of religious commitment was significant in influencing divine forgiveness (R2 = 0.011; P <0.005). So it can be interpreted that 1.1% of intrapersonal forgiveness influences the process of seeking divine forgiveness in individuals.