Yulia Permata Sari
Magister Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Padang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI MEMBACA ANAK MELALUI IMPLEMENTASI POJOK BACA Lailatur Rahmi; Syafri Anwar; Rahmuliani Fitriah; Yulia Permata Sari
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 8, No 1 (2024): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v8i1.19595

Abstract

Abstrak: kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilkansakan di Kabupaten Kepuluan Mentawai dimana banyak anak-anak usia sekolah dasar yang tidak emmiliki literasi membaca dan juga literasi budaya yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman dan kebutuhan membaca. Rendahnya tingkat kemampuan membaca dan pengetahuan measyarakat, menyebabkan lack of knowledge yang berdampak pada berbagai bidang kehidupan massyarakat. Kegiatan pengabdian bertujuan ini untuk menyediakan fasilitas membaca dan penerapan pojok baca agar berdampak pada peningkatan kemampuan literasi membaca anak-anak. Metode pengabdian adalah sosialisasi dan pendampingan dalam pemanfaatan pojok baca serta pelatihan keterampilan soft skill bagi siswa rumah cerdas. Mitra yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini addalah siswa SD N 18 Tua Pejat sebanyak 85 orang dan guru sebanya 10 orang. Program pojok baca dan pelatihan soft skill bagi siswa di evaluasi melalui angket yang diberikan kepada siswa yang berisikan soal-soal tentang litrasi membaca mutra yang terlibat. Setelah dilakukan sosialisasi dan pendampingan dalam pemanfaatan pojok baca serta pelatihan keterampilan soft skill bagi siswa rumah cerdas didapatkan hasil bahwa pjok baca mempu meningkatkan literasi membaca siswa sebanyak 80% melalui buku-buku yang disalurkan kepada siswa.Abstract: This community service activity was carried out in the Mentawai Islands Regency where many elementary school age children do not have reading literacy or cultural literacy due to a lack of understanding and need for reading. The low level of reading ability and community knowledge causes a lack of knowledge which has an impact on various areas of community life. This service activity aims to provide reading facilities and implement reading corners to have an impact on improving children's reading literacy skills. The service method is socialization and assistance in utilizing reading corners as well as soft skills training for smart home students. The partners involved in this community service activity are 85 students of SD N 18 Tua Pejat and 10 teachers. The reading corner program and soft skills training for students were evaluated through a questionnaire given to students containing questions about the literacy of the reading corners involved. After conducting socialization and assistance in the use of reading corners as well as soft skills training for smart home students, the results showed that reading corners were able to increase students' reading literacy by 80% through the books distributed to students.
HONEY BEE SCHOOL: EDUKASI LINGKUNGAN BERBASIS BUDIDAYA LEBAH MADU DI KABUPATEN KEPULUAN MENTAWAI Triyatno Triyatno; Febriandi Febriandi; Lailatur Rahmi; Yulia Permata Sari
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 9, No 1 (2025): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v9i1.27936

Abstract

Abstrak: Potensi lebah madu Mentawai sangat besar, hal ini dapat menjadi mata pencarian Masyarakat yang dapat meningktakan perekonomian. Namun, saat ini madu di panen dengan cara tradisional sehingga menyebabkan koloni lebah madu berkurang bahkan terancam keberadaannya. Pengabdian kepada masyarakat melalui pendirian Honey Bee School di Kabupaten Kepulauan Mentawai bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pelestarian lebah madu dan ekosistemnya, serta memberikan edukasi yang berbasis lingkungan. Metode program ini terdiri dari pelatihan calon trainer untuk menciptakan tenaga pendidik yang profesional, menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar-mengajar, pembentukan struktur organisasi yang baik, penyiapan berkas administrasi sesuai standar pendidikan nonformal, serta merancang kelas-kelas edukasi tematik yang berfokus pada pembelajaran interaktif dan berbasis praktik, seperti budidaya lebah madu dan panen lebah madu hutan. Tim pengabdian bermitra dengan karang taruna desa Matobe yang beranggotakan 38 orang dengan rentang usia 20-50 tahun. Hasil dari pengabdian ini menunjukkan bahwa pelatihan dan edukasi yang diberikan mampu meningkatkan kompetensi masyarakat dalam budidaya lebah madu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sebanyak 80 persen. Program ini juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal melalui pengembangan produk madu. Dengan dukungan yang berkelanjutan dan kolaborasi dari berbagai pihak, Honey Bee School dapat menjadi model pendidikan nonformal dalam pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.Abstract: The potential of Mentawai honeybees is huge, this can be a livelihood for the community that can improve the economy. However, honey is currently harvested in a traditional way, causing honey bee colonies to decrease and even threaten their existence. Community service through the establishment of Honey Bee School in the Mentawai Islands Regency aims to increase community awareness and understanding of the importance of conserving honey bees and their ecosystems, as well as providing environmentally-based education. The program method consists of training prospective trainers to create professional educators, preparing facilities and infrastructure that support the teaching and learning process, establishing a good organisational structure, preparing administrative files according to non-formal education standards, and designing thematic educational classes that focus on interactive and practice-based learning, such as honey bee cultivation and forest honey bee harvesting. The service team partnered with the Matobe village youth organisation, which consists of 38 members with an age range of 20-50 years. The results of this service showed that the training and education provided were able to increase community competence in honey bee cultivation while maintaining environmental sustainability by 80 per cent. This programme also has the potential to improve local economic welfare through honey product development. With continued support and collaboration from various parties, Honey Bee School can become a model of non-formal education in environmental conservation and community empowerment.