RESUME: Tulisan ini bertujuan untuk mengemukakan persepsi masyarakat Kabupaten Sinjai di Sulawesi Selatan tentang perjodohan menurut perspektif ajaran Islam dan budaya lokal, menemukan konsep aturan dan syarat penentuan jodoh, serta mendeskripsikan bentuk asimilasi antara ajaran Islam dan budaya lokal tentang perjodohan dalam perkawinan. Penelitian ini melibatkan pemangku adat di Kabupaten Sinjai sebanyak 10 orang, tokoh agama sebanyak 5 orang, dan pemerintah setempat sebanyak 3 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi masyarakat tentang perjodohan menurut perspektif ajaran Islam dan budaya lokal di Kabupaten Sinjai didasari oleh budaya kekerabatan, yakni âasseajingengâ. Dalam perjodohan âasseajingengâ pada masyarakat Sinjai tersebut masih dapat dibedakan dalam beberapa istilah, antara lain ârappeâ dan âsiteppangâ atau âsompung-loloâ. Aturan dan syarat penentuan jodoh di kalangan masyarakat Kabupaten Sinjai tidaklah mudah, karena dilakukan atas dasar adat-istiadat, terutama di kalangan bangsawan. Bentuk asimilasi antara ajaran Islam dan budaya lokal tentang perjodohan dalam perkawinan di Kabupaten Sinjai adalah sebagai asimilasi kultural dan spiritual, karena ditemukannya perpaduan antara budaya lokal dengan budaya yang berkembang sekarang, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam yang sakral. KATA KUNCI: Perjodohan; Ajaran Islam; Budaya Lokal; Adat-Istiadat; Asimilasi; Masyarakat Sinjai. ABSTRACT: âMatchmaking Procession of a Marriage: Perspectives of Islamic Teachings and Local Culture in District of Sinjaiâ. This paper aims to put forward the public perception about matchmaking based on the perspectives of Islamic teachings and local culture, find the rules and requirements to determine a right spouse, and describe the assimilation form between Islam and local culture of matchmaking in marriage process in District of Sinjai, South Sulawesi. This research involved ten traditional stakeholders in Sinjai, five religious figures, and three local authorities. Observation, interviews, and documentation were used to gather data. The results showed that the public perception of matchmaking in Sinjai is based on cultural kinship, namely âasseajingengâ. Several different terms were found to describe matchmaking âasseajingengâ in Sinjai society, such as ârappeâ and âsiteppangâ or âsompung-loloâ. Rules and requirements to determine a right spouse among people Sinjai is not easy, because it is done on the basis of customs, especially among the noble family. Form of assimilation between Islam and local culture of matchmaking marriage in District of Sinjai is a spiritual and cultural assimilation since the discovery of a blend of local culture with a culture that is now developing, in which it contains the sacred Islamic religious values.KEY WORD: Matchmaking; Islamic Teaching; Local Culture; Customs; Sinjai Community.About the Author: Dr. H.M. Dahlan adalah Dosen di Fakultas Adab dan Humaniora UIN (Universitas Islam Negeri) Alauddin Makassar, Jalan Sultan Alauddin No.36 Samata, Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Telp: +62411 841879. E-mail: dahlan.uinalauddin@gmail.comHow to cite this article? Dahlan, H.M. (2016). âProsesi Pemilihan Jodoh dalam Perkawinan: Perspektif Ajaran Islam dan Budaya Lokal di Kabupaten Sinjaiâ in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.9(1) May, pp.131-142. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UPI Bandung, ISSN 1979-0112. Chronicle of the article: Accepted (December 1, 2015); Revised (February 15, 2016); and Published (May 20, 2016).