Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

STUDI ETNOGRAFI ANALISIS SHARE PAIN VALUE ANTARA GENERASI MILENIAL DAN GENERASI Z MENGGUNAKAN COMMUTER LINE SEBAGAI MOBILITAS SEHARI-HARI Gulfi Oktariani; Fanjili Gratia Mamonto; Putri Kirana; Jerry Heikal
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 3 No. 2 (2025): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Februari
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v3i2.1599

Abstract

Pertumbuhan penduduk pusat kota di kawasan Metropolitan Jabodetabek menjadi semakin padat, sehingga mengakibatkan peningkatan mobilitas untuk aktivitas sehari-hari. Hal ini berpotensi menyebabkan kemacetan lalu lintas akibat meningkatnya volume kendaraan, sehingga terjadi penumpukan di jalanan menjadi masalah yang signifikan. Salah satu solusi untuk mengatasi kepadatan lalu lintas dengan menyediakan layanan KRL di kawasan Jabodetabek, diharapkan dapat mengurangi kemacetan di ruas jalan kawasan tersebut. Pertumbuhan pengguna layanan KRL juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan mencapai 328.154.000 pengguna layanan di tahun 2024. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang mendorong individu untuk memilih KRL sebagai moda transportasi utama dalam mobilitas sehari-hari dan menggali share pain value yang dihadapi oleh pengguna KRL. Melalui pendekatan etnografi dengan mengumpulkan data kualitatif dengan wawancara mendalam dengan 12 responden/pengguna KRL yaitu Generasi Milenial dan Generasi Z. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa masing-masing generasi memiliki tantangan atau share pain value yang berbeda. Meskipun demikian, Generasi Milenial dan Generasi Z memiliki share pain value yang sama ketika sedang naik KRL yaitu seperti Kepadatan Penumpang, Fasilitas Kurang Memuaskan, Kurang Memadainya Armada, Jadwal Kurang Akurat, Waktu Tunggu Lama, Antrian Gate Panjang dan Risiko Keamanan. Dari temuan ini, saran perbaikan untuk meningkatkan kualitas layanan, diharapkan pemangku kepentingan seperti Kementerian Perhubungan yang berperan sebagai regulator dan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)/PT. KAI sebagai operator dapat meningkatkan layanan yang kurang memadai, sehingga menarik lebih banyak pengguna dan meningkatkan kepuasan mereka terhadap layanan KRL.