Al-qur-an adalah mu’jizat yang masih terpelihara keasliannya sampai detik ini (QS. al-Hijr: 9). Al-qur-an mustahil bisa difahami tanpa penjelasan dari hadist dan kemudian ditafsirkan oleh para ulama, terutama yang berkaitan dengan ayat-ayat mutasyabihat untuk menghasilkan sebuah pemahaman yang tidak bertentangan dengan syariat. Terjadinya perbedaan di kalangan mufassir merupakan sunnatullah yang mustahil bisa di hindarkan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya segala perbedaan itu, disiplin ilmu yang dimiliki, kecendrungan latar belakang pemikiran, sosial politik, pengaruh lingkungan, pengaruh ideologi dan beberapa peristiwa sejarah yang terjadi. Pengaruh ideologi dan sosial politik memiliki peran yang sangat penting terhadap tujuan dan maksud dari penafsiran. Selain itu, keberagaman metode dan corak penulisan juga menambah khazanah kekayaan intelektual dalam ilmu tafsir al-Qur’an. Penulis dalam hal ini akan mencoba membahas salah satu metode dalam penafsiran yang selalu mengunggulkan akal di atas wahyu. Tafsir jenis ini kita kenal dengan istilah tafsir bi al-ra’yi yang selalu digunakan golongan Mu’tazilah untuk mendukung segala bentuk pemahaman dan kepentingan golongannya. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi. Hasil tulisan ini juga akan menunjukkan bahwa tidak semua tafsir bi al-ra’yi itu tercela dan harus ditinggalkan. Kata kunci: Ayat mutasyabihat, ideologi, sosial politik, tafsir bi al-ra’yi, muktazilah.