Kadek Agus Heryana Putra
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Risk Factors of Perioperative Anxiety Levels in Sectio Caesarea Patients: A Cross-Sectional Study in Single Center, Bali, Indonesia Anak Agung Angga Pringga Dana; Pontisomaya Parami; Kadek Agus Heryana Putra; I Gusti Agung Gede Utara Hartawan
Scientia Psychiatrica Vol. 6 No. 3 (2025): Scientia Psychiatrica
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/scipsy.v6i1.181

Abstract

Introduction: Anxiety is a prevalent emotional response in patients undergoing surgical procedures, including cesarean sections. Perioperative anxiety can negatively impact patient outcomes, affecting physiological parameters and postoperative recovery. This study aimed to identify the prevalence and risk factors associated with perioperative anxiety levels in patients undergoing cesarean section at Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Hospital, Bali, Indonesia. Methods: This cross-sectional study involved 37 patients scheduled for elective cesarean section at Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Hospital. Anxiety levels were assessed using the Perioperative Anxiety Scale (PASS), a validated instrument for measuring anxiety related to surgery. Data on sociodemographic characteristics, obstetric history, and medical history were collected through a questionnaire. Descriptive statistics and logistic regression analysis were used to analyze the data. Results: The majority of participants (59.5%) experienced mild to moderate anxiety levels. Age, occupation, education level, history of emergency surgery, previous surgical history, and gravidity were identified as potential risk factors associated with higher anxiety levels. Patients aged 25-29 years, housewives, those with a high school education, a history of emergency surgery, previous surgical experience, and primiparity were more likely to report mild to moderate anxiety. Conclusion: Mild to moderate anxiety is prevalent among cesarean section patients. Identifying risk factors associated with perioperative anxiety can aid healthcare providers in implementing targeted interventions to reduce anxiety and improve patient well-being.
Efektivitas Blok Nervus Maksilaris Suprazigomatika pada Pasien Miastenia Gravis yang Menjalani Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) Kadek Agus Heryana Putra; Lesmana, Pita Mora; Tjokorda Gde Agung Senapathi
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 3 (2025): Oktober
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i3.422

Abstract

Pendahuluan: Secara global, prevalensi dan insidensi miastenia gravis meningkat, dengan tingkatinsidensi 5,3 orang per juta dan prevalensi 77,7 orang per juta. Dengan meningkatnya prevalensi,penting bagi seorang anestesiolog untuk mengetahui patofisiologi dan komplikasinya, terutamakrisis miastenia. Salah satu pencetus terjadinya krisis adalah berupa nyeri pascaoperasi. Padakasus ini, kami memilih teknik pembiusan tanpa pelumpuh otot dan teknik blok nervus maksilarissuprazigomatika sebagai teknik analgetik pascaoperasi pasien miastenia yang menjalani functionalendoscopic sinus surgery (FESS).Deskripsi Kasus: Pasien perempuan usia 32 tahun didiagnosis pansinusitis dan riwayat miasteniagravis terkontrol dengan terapi direncanakan menjalani FESS bilateral. Induksi dilakukan dengankombinasi agen anestesi sevofluran dan propofol serta analgetik fentanyl. Sebelum ekstubasi,pasien diberikan blok maksilaris dengan pendekatan suprazigomatik menggunakan bupivakain0,25% sebanyak 5 ml pada masing-masing sisi. Ekstubasi dilakukan berdasarkan penilaian kekuatanotot menggunakan Train of Four (TOF). Pasien berhasil diekstubasi tanpa komplikasi, dengan nilaiNumeric Rating Scale (NRS) 0/10 pada 48 jam pascaoperasi.Simpulan: Kombinasi sevofluran dan propofol dengan blok maksilaris pendekatan suprazigomatikefektif untuk manajemen anestesi dan nyeri akut pascaoperasi pada pasien miastenia yang menjalaniFESS.
THE EFFECTIVENESS OF POSTOPERATIVE PERICAPSULAR NERVE GROUP ANALGESIA BLOCK IN PATIENTS UNDERGOING TOTAL HIP REPLACEMENT WITH REGIONAL ANESTHESIA SUBARACHNOID BLOCK I Gede Prima Julianto; I Made Gede Widnyana; Kadek Agus Heryana Putra; I Ketut Wibawa Nada; I Gusti Ngurah Mahaalit Aribawa; Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan; Made Wiryana; Tjokorda Gde Agung Senapathi
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.27258

Abstract

Penggunaan blok saraf kelompok perikapsular (PENG) dapat menjadi alternatif analgesia post-operatif yang efektif untuk Penggantian Sendi Panggul Total, dengan komplikasi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas analgesia blok PENG terhadap tingkat nyeri, jumlah konsumsi opioid dalam 24, 48, dan 72 jam serta analgesia post-operatif THR di Rumah Sakit Prof. Dr. I. G. N. G. Ngoerah Denpasar. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan desain uji acak terkontrol buta tunggal yang dilakukan di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Prof. Dr. I. G. N. G Ngoerah, Denpasar. Uji perbandingan rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney jika distribusi data tidak normal. Seluruh proses analisis data di atas menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 26. Ada 48 subjek yang menjalani THR dan dibagi menjadi 2 kelompok. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok-kelompok tersebut. Berdasarkan hasil analisis non-parametrik, NRS saat istirahat dan bergerak di kelompok perlakuan lebih rendah daripada kontrol dengan nilai p <0,001. Jumlah opioid yang diperoleh memiliki nilai p <0,001 dalam 24 jam pertama, 48 jam, dan 72 jam. Durasi efek ditemukan lebih lama pada kelompok PENG dibandingkan dengan kontrol (p <0,001). Pemberian blok PENG selama prosedur THR menghasilkan NRS yang lebih rendah pada 24 jam, penggunaan opioid yang lebih rendah pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pascaoperatif, dan durasi efek bebas nyeri yang lebih lama.