p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Geofisika
Saputra, Ryandika
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Modeling Lithosphere Structure in Central Java using Local Events and Tomography Saputra, Ryandika
Jurnal Geofisika Vol 22 No 1 (2024): Jurnal Geofisika
Publisher : Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36435/jgf.v22i1.539

Abstract

Pengaturan tektonik pulau Jawa sangat dikendalikan oleh tumbukan lempeng Indo-Australia yang mensubduksi lempeng Eurasia. Tingginya aktivitas tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia seringkali menyebabkan terjadinya gempa megathrust, munculnya arc magmatism yang meliputi letusan gunung berapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tektonik di bawah Jawa Tengah berdasarkan inversi tomografi gelombang-P. Metode fast-marching digunakan sebagai ray tracing dan subspace inversion untuk mencitrakan model kecepatan bawah permukaan hingga kedalaman 150 km. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data katalog yang berasal dari jaringan seismometer seperti MERAMEX yang terpasang di sekitar Jawa Tengah dan DOMERAPI yang terpasang di sekitar Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Kami juga menyertakan data event yang dikumpulkan dari Pusat Seismologi Internasional. Secara total, kami memproses 563 kejadian gempa untuk menggambarkan struktur kecepatan di bawah Jawa Tengah. Model checkerboard menunjukkan bahwa resolusi yang baik dapat diidentifikasi pada kedalaman dangkal, termasuk lepas pantai selatan Jawa yang dikontribusikan dari data Seismometer Dasar Laut. Pada sumbu vertikal, model resolusi yang baik dapat diharapkan hingga kedalaman 150 km. Model gelombang P saat ini menunjukkan zona kecepatan rendah yang berbeda di bawah Gunung Merapi yang dapat dilihat hingga kedalaman 40 km, menunjukkan kemungkinan reservoir magma dalam yang terpisah. Di sebelah selatan kawasan Gunung Merapi juga menunjukkan model kecepatan rendah yang mungkin berhubungan dengan pegunungan di bagian selatan. Selain itu, bagian utara Gunung Merapi menampilkan model kecepatan yang sangat rendah ke arah Timur dan Barat dengan anomali di Bagian Timur tampaknya memiliki perluasan yang lebih dalam hingga kedalaman 50 km. Kami menghubungkan anomali ini dengan Anomali Merapi Lawu dan Cekungan Kendeng. Hasil kami menunjukkan hasil yang serupa dengan model tomografi sebelumnya di wilayah ini.
An attempt to Model Final Reservoir at Mt. Merapi Using Receiver Function Auly, Muhammad Fariq Riesky; Zaky, Dicky Ahmad; Saputra, Ryandika; Suhardja, Sandy Kurniawan; Widiyantoro, Sri; Ramdhan, Mohammad 
Jurnal Geofisika Vol 21 No 1 (2023): Jurnal Geofisika
Publisher : Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36435/jgf.v21i1.537

Abstract

Studi di daerah Gn. Merapi sudah banyak dilakukan sebelumnya untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan pada area tersebut, khususnya untuk mengetahui mekanisme vulkanik dari Gn. Merapi itu sendiri. Hal yang sering menjadi topik pembahasan pada studi di Gn. Merapi adalah kondisi dari reservoir magma yang ada di bawah permukaan. Untuk memperkirakan hal tersebut dilakukan teknik receiver function dengan membuat model kecepatan sintetik yang kemudian diolah menjadi kurva synthetic receiver function. Hasil synthetic receiver function kemudian dikorelasikan dengan hasil receiver function observasi hingga didapatkan korelasi yang paling baik. Sebelum dilakukan pembuatan synthetic receiver function untuk mencitrakan kondisi bawah permukaan Gn. Merapi, perlu dilakukan terlebih dahulu analisis awal terhadap respon hasil receiver function dari model sederhana yang dibuat dengan memberikan sumber-sumber sinyal utama pada kurva receiver function yang dihasilkan agar mempermudah pembuatan model kecepatan sintetik. Sumber-sumber respon sinyal utama yang mempengaruhi bacaan receiver function di antaranya adalah kontras nilai kecepatan gelombang seismik terutama Vs, adanya lapisan sedimen yang memiliki ketebalan tipis, adanya zona berkecepatan rendah (low velocity zone) yang diinterpretasikan sebagai reservoir magma, dan kedalaman dari batas kerak dan mantel atas yaitu moho discontinuity. Berdasarkan hasil synthetic receiver function di stasiun ME25, ME32 dan ME36, didapatkan kedalaman dari moho berkisar antara 26-29 km dan semakin dangkal ke arah Gn. Merapi, yaitu arah selatan dari daerah studi. Kedalaman dari low velocity zone juga bervariasi yaitu berkisar antara 5-15 km dan juga semakin dangkal ke arah selatan.