Remaja memiliki perasaan yang labil, merasa penting untuk punya teman dekat, berusaha mencari pelarian selain kedua orang tua dan sibuk mencari jati diri. Remaja kebingunan dengan identitasnya karena tidak mampu untuk mencapainya. Perilaku menyimpang remaja seperti aktivitas berpacaran yaitu, berpegangan tangan, berciuman, dan petting (meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif). Faktor munculnya perilaku menyimpang remaja adalah dukungan keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan dukungan keluarga memiliki motivasi kurang, sehingga hal remaja berperilaku kurang baik. Saat ini masih banyak remaja yang belum mendapatkan dukungan keluarga secara optimal, hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan, budaya, ekonomi, sosial dan media masa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas supportive educative system terhadap dukungan keluarga dengan permasalahan perilaku seksual beresiko pada remaja. Metode penelitian menggunakan quasy experiment dengan pre test and post test design. Populasi dalam penelitian ini: 84, dibagi menjaDI 42 kelompok kontrol dan 42 kelompok intervensi. Pengambilan data menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner dukungan keluarga. Kegiatan penelitian dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, diawali dengan pre test kemudian dikahiri post test. Analisa data menggunakan uji wilcoxon. Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa Supportive Educative System efektif meningkatkan Dukungan Keluarga Dengan Permasalahan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja dengan P value < 0,05 yaitu 0,001<0,05.