Latar Belakang: Pasien hipertensi diharuskan untuk mengonsumsi obat hipertensi jika perubahan gaya hidup selama periode 6 bulan tidak berhasil menurunkan tekanan darah dalam batas normal. Kepatuhan terhadap pengobatan sering kali diabaikan oleh pasien, yang berkaitan dengan persepsi mereka terhadap penyakit dan dapat berdampak negatif pada proses pengobatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara persepsi penyakit dan kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Rejosari, Pekanbaru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain korelasional deskriptif dengan pendekatan potong lintang yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara persepsi penyakit dan kepatuhan terhadap pengobatan. Sampel terdiri dari 98 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi pasien yang didiagnosis dengan hipertensi grade 1 atau lebih tinggi selama lebih dari 3 bulan. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil: Penelitian menemukan bahwa lebih dari setengah pasien hipertensi berusia 40-59 tahun, dengan 55 responden, mayoritas berjenis kelamin perempuan, dengan 63 responden, dan 37 responden berasal dari etnis Minangkabau, dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA untuk 45 responden. Lebih dari setengahnya, yaitu 52 responden, tidak bekerja, dan mayoritas, yaitu 64 responden, telah didiagnosis dengan hipertensi selama kurang dari 5 tahun. Kelompok terbesar, yaitu 41 responden, memiliki hipertensi grade II. Sebanyak 54 responden memiliki persepsi positif, dan 47 responden memiliki tingkat kepatuhan terhadap pengobatan yang sedang. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi penyakit dan kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien hipertensi dengan nilai p sebesar 0.004 (0.004 < 0.05). Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi penyakit dan kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien hipertensi.