Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Pengharaman Salam Lintas Agama: Analisis Sosiologis-Teologis: The Indonesian Ulema Council's Fatwa on the Prohibition of Interfaith Greetings: A Socio-Theological Analysis Armayanto, Harda; Wardhani, Selmarisa
Journal of Islamic and Occidental Studies Vol. 2 No. 2 (2024): Journal of Islamic and Occidental Studies
Publisher : Center of Islamic and Occidental Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jios.v2i2.49

Abstract

This article aims to examine the theological and sociological aspects of the Indonesian Ulema Council (MUI) fatwa on the prohibition of interfaith greetings. This is based on the response of some people who consider the fatwa to have the potential to damage religious relations in Indonesia and threaten the existence of Pancasila. This article is qualitative in nature and based on library research (printed and digital data). At first, the author describes the history of interfaith greetings in Indonesia, the MUI fatwa related to interfaith greetings, and the arguments of the fatwa's opponents. From there, the author then analyzes the interfaith greetings theologically and sociologically, and then critically examines the arguments of the opponents of the MUI fatwa. In this paper, it is found that the fatwa departs from theological concerns by mixing the teachings of religions (syncretism). MUI considers salam as a prayer that contains aspects of ubudiah. Sociologically, MUI's fatwa is not problematic as alleged. This is because MUI is always actively committed to cooperate with all elements of a multicultural and multi-religious nation while still adhering to Islamic law.
KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM PETISI ONLINE )STUDI PERBANDINGAN SISTEM HUKUM INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT MENURUT FIQH SIYASAH( Wardhani, Selmarisa
JOURNAL OF INDONESIAN COMPARATIVE OF SYARIAH LAW Vol 5 No 1 (2022): Realitas Hukum Islam
Publisher : Journal of Indonesian Comparative of SyariÆah Law

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jicl.v5i1.7004

Abstract

Abstrak            Indonesia sebagai salah satu negara berdemokrasi sudah sepatutnya mendengarkan aspirasi rakyat yang diajukan kepada para pemangku kebijakan. Petisi online yang merupakan bentuk pengekspresian kebebasan berpendapat di era partisipasi politik demokrasi digital belum sepenuhnya mendapatkan legalitas hukum yang pasti. Berkaca kepada negara yang lebih maju, Amerika serikat sudah lebih dahulu mengatur pengajuan petisi online sebagai sarana masyarakat untuk menyampaikan keluhan. Pengaturan tersebut diletakkan pada konstitusi amandemen pertama mereka untuk melindungi hak kebebasan berpendapat khususnya dalam pengajuan petisi. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih terbuka (open government). Fiqh siyasah dusturiyah tersebut menjelaskan tentang prinsip Islam dalam perumusan undang-undang yakni guna menjamin hak asasi manusia. Sebagai Hak yang mendasar, Fiqh siyasah lebih memandang kebebasan berpendapat sebagai bentuk pemanfaatan akal atas karunia Allah Swt untuk digunakan dalam amr makruf dan nahi munkar.                Penelitian ini bertujuan membahas bagaimana perbandingan kebebasan berpendapat dalam petisi online yang ada di Indonesia dan Amerika Serikat dan juga kebebasan berpendapat dalam petisi online dalam pandangan Fiqh siyasah. Peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik pengumpulan data dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data mengunakan analisis isi dengan pendekatan konseptual, undang-undang dan perbandingan.                Hasil penelitian yang didapat menjelaskan bahwasanya Fiqh siyasah dusturiyah memandang kebebasan berpendapat dalam petisi online sebagai pengekspresian prinsip kebebasan dalam bermusyawarah. Bentuk demokrasi kebebasan berpendapat dalam petisi online juga mempunyai kedekatan dengan konsep Syura dalam hal memberikan kebebasan. Adapun dalam hal perbandingan hukum kebebasan berpendapat dalam petisi online yang ada di Indonesia dan Amerika Serikat yakni berawal pada sistem kedua negara yaitu Indonesia dengan sistem hukum Civil Law dan Amerika Serikat dengan sistem hukum Common Law, keduanya sama-sama menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dengan mencantumkannya kedalam konstitusi, Indonesia pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Amerika Serikat pada Amandemen Pertama. Dalam hal kebebasan berpendapat dalam petisi online, Indonesia memaknainya sebagai bentuk kebebasan berpendapat secara tertulis sedangkan Amerika Serikat memaknainya sebagai bentuk sarana penyampaian aspirasi dan keluhan kepada pemerintah. Dari hal tersebut, terdapat perbedaan terkait pengelola lembaga petisi Indonesia yaitu belum memiliki hukum yang mengaturnya sehingga menjadikan lembaga penanggung jawab masih dibawah tangan lembaga swasta atau Non Government Organization (NGO), sebaliknya Amerika Serikat menjadikan Gedung Putih sebagai Lembaga PenanggungJawab resmi dibawah pemerintahan langsung.               Kata Kunci: Kebebasan Berpendapat, Petisi Online, Sistem Hukum Indonesia, Sistem Hukum Amerika Serikat, dan Fiqh Siyasah
Analysis on the issue of hijri taqwim development from the perspective of fiqh methods and the impact on the unification of the Ummah. Wardhani, Selmarisa; Ibrahim, Ibnor Azli
JOURNAL OF INDONESIAN COMPARATIVE OF SYARIAH LAW Vol 6 No 2 (2023): Ilmu Syariah Dan Ilmu Hukum
Publisher : Journal of Indonesian Comparative of SyariÆah Law

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jicl.v6i2.10952

Abstract

Unifying the concept of hijri taqwim is urgently needed nowadays in order to reunite the ummah. This is due to the fact that the variety of taqwim methods has posed differences in determining the beginning the new moon, as happened in the celebration of Eids Fitri this year in Indonesia. Muslims in one country and internationally are separated because of the unified taqwim system, so they often carry out various dates of prayer at different times’. This study is a qualitative study which will examine how the application of maqasid shar'iyah and selected methods summarized in the Main Fiqh Methods in hilal issues and the unification of hijri taqwim. This study will analyze some of the minor methods of the five major fiqh methods. This study found that Unifying ummah in taqwim is indeed a call written in the Qur’an and Hadith’ and Its compatibility with the fiqh methods means that it strengthens the validity, so its necessity for realization the unification of taqwim. This study also finds the Rukyah Muhaqaqah method suitable to provide a solution of the differences method in determining new moon. The method of Rukyah Muhaqaqah combines maqasid sharia as the first guideline and also technology use to realize a simple and high quality method of taqwim. Keywords: Concept of Unification of the Ummah, Taqwim System and Fiqh Methods