Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat dikurangi dengan memanfaatkan bahan organik cair. Dalam percobaan ini, bahan organik cair yang berasal dari kulit buah pisang dan air cucian beras digunakan untuk diketahui dampaknya terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery. Eksperimen dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, selama rentang waktu dari bulan Februari hingga Mei 2022. Metode yang digunakan dalam percobaanini adalah rancangan acak kelompok dengan sembilan variasi perlakuan yang diulang tiga kali. Tiap perlakuan terdiri dari dua tanaman. Variasi perlakuan mencakup penggunaan 23 gram pupuk anorganik; 50 mL/L/tanaman BOC dari kulit pisang; 500 mL air cucian beras; 25 mL/L/tanaman BOC dari kulitpisang dan 250 mL air cucian beras; 25 mL/L/tanaman BOC dari kulit pisang dan 500 mL air cucian beras; 50 mL/L/tanaman BOC dari kulit pisang dan 250 mL air cucian beras; 50 mL/L/tanaman BOC dari kulit pisang dan 500 mL air cucian beras; 75 mL/L/tanaman BOC dari kulit pisang dan 250 mL air cucian beras; serta 75 mL/L/tanaman BOC dari kulit pisang dan 500 mL air cucian beras. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik cair yangdiberikan sebagai pupuk untuk mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit tahap pre-nursery. Salah satu cara pemberiannya adalah dengan dikombinasikan dengan air cucian beras. Pemberian air cucian beras sebanyak 500 mL untuk setiap bibit kelapa sawit berpengaruh baik terhadap bobot kering akar,tajuk dan tanaman serta persentase peningkatannya. Sebagai upaya pemanfaatan kulit pisang, pemberian BOC kulit pisang 75 mL/L/tanaman + 500 mL/tanaman air cucian beras berpengaruh baik terhadap bobot kering akar, tajuk dan tanaman serta persentase peningkatannya pada 3 BSP.Kata kunci: bibit kelapa sawit, pre-nursery, kulit pisang, air cucian beras