This study aims to answer the main question of how technology integration can encourage innovative behavior in developing Islamic Education materials in junior high schools. This research focuses on the challenges of modernizing religious learning and the need for innovation in teaching methods to improve educational quality. The novelty of this research lies in a comparative analysis between the two schools. This study employs a qualitative method with a case study approach. The research was conducted at two schools, SMP Negeri 1 and SMP Negeri 2 in Bukittinggi, with informants consisting of teachers, vice principals, and the principal. Data were collected through interviews, observations, and document analysis over three months. The collected data were analyzed following the stages outlined by Miles and Huberman. SMP 1 has begun to utilize technology, such as using computers to prepare teaching materials, although collaboration among teachers is still not optimal. In contrast, SMP 2 faces resistance to technology, although some teachers are attempting to introduce new methods. The findings reveal that supportive school leadership and a collaborative culture play crucial roles in promoting innovative behavior in both schools. As a recommendation, this study suggests the need for continuous training, providing space for experimentation, and offering rewards to teachers who demonstrate innovative initiatives in using technology. The support of school principals is essential to ensure that technology can be effectively integrated into religious education teaching. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan utama yaitu bagaimana integrasi teknologi dapat mendorong perilaku inovatif dalam pengembangan materi pembelajaran agama islam di sekolah menengah pertama. Latar belakang penelitian ini berfokus pada tantangan modernisasi pembelajaran agama dan perlunya inovasi dalam metode pengajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada analisis perbandingan antara dua sekolah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilaksanakan di dua sekolah, SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kota Bukittinggi, dengan informan yang terdiri dari guru, wakil kepala sekolah atau kepala sekolah. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumen selama tiga bulan. Data yang terkumpul dianalisis mengikuti tahapan Miles dan Huberman. SMP 1 telah mulai memanfaatkan teknologi, seperti penggunaan komputer dalam penyusunan materi ajar, meskipun kolaborasi antar guru masih belum optimal. Di sisi lain, SMP 2 menghadapi resistensi terhadap teknologi, meskipun beberapa guru berupaya memperkenalkan metode baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan sekolah yang mendukung dan budaya kolaboratif memainkan peran penting dalam mendorong perilaku inovatif di kedua sekolah. Sebagai rekomendasi, penelitian ini menyarankan perlunya pelatihan berkelanjutan, ruang untuk bereksperimen, serta pemberian penghargaan kepada guru yang menunjukkan inisiatif inovatif dalam penggunaan teknologi. Dukungan kepala sekolah sangat penting untuk memastikan teknologi dapat diintegrasikan secara efektif dalam pengajaran agama.