Ningrum, Velida Apria
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MISUNDERSTANDING OF THE QUR’AN VERSES AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR BY EXTREME MUSLIM IN INDONESIA Azisi, Ali Mursyid; Ilmiyah, Dina Faiqotul; Ningrum, Velida Apria; Salamullah, Muchammad Amiruddin; Majid, Abdul
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 22 No. 1 (2023): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v22i1.342

Abstract

This article examines how the misunderstanding of the implementation of the Qur'anic text amar ma'ruf nahi munkar by extreme Islamic groups (HTI, Salafi-Wahabi, and FPI), especially in Indonesia. Presenting the phenomenon that often occurs and the response to acts of violence accompanied by the destruction of facilities is a form of implementing verses that are not in line with the nature of Islam, which was revealed as a religion that perfects all things, including morals. This article is written with a qualitative method using library research steps by referring to appropriate, relevant, and accurate references that can later be accounted for. This article aims to find out how mistakes have been made in interpreting the text of amar ma'ruf nahi mungkar by extreme Islamic groups. The findings of this research are that the Qur'anic verse amar ma'ruf nahi munkar fails to be understood by extreme Islamic groups. The verse upholds goodness and prevents evil instead of being applied with violence. The meaning contained in word "ma'ruf" means "with wisdom" in the realization that amar ma'ruf nahi munkar also has a message that Islam is a religion that invites goodness, safety, benefit, and without violence. This research article will add knowledge and additional study material for academics regarding the dynamics of religious movements, especially in Indonesia. Artikel ini mengkaji tentang bagaimana kesalahpahaman implementasi teks al-Qur’an amar ma’ruf nahi munkar oleh kelompok Islam ekstrem (HTI, Salafi-Wahabi, dan FPI) khususnya di Indonesia. Dengan menampilkan fenomena yang kerap kali terjadi dan respon tindakan kekerasan disertai pengerusakan fasilitas merupakan wujud implementasi ayat yang tidak selaras dengan hakikat Islam yang turun sebagai agama penyempurna segala hal, termasuk akhlak. Artikel ini ditulis dengan metode kualitatif dengan menggunakan langkah library research, dengan merujuk pada referensi yang tepat, relevan dan akurat nantinya bisa dipertenggungjawabkan. Tujuan ditulisnya artikel ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kesalahan yang selama ini kurang tepat dalam memaknai teks amar ma’ruf nahi mungkar oleh kelompok islam ekstrem. Temuan dari penelitian ini adalah, ayat Qur’an amar ma’ruf nahi munkar gagal dipahami oleh kelompok Islam yang berhaluan ekstrem. Ayat tersebut digunakan untuk menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran justru diterapkan dengan kekerasan. Padahal makna yang terkandung dalam kata “ma’ruf” berarti “dengan bijaksana”. Pada sadarnya amar ma’ruf nahi munkar juga memiliki pesan bahwa Islam agama yang mengajak kebaikan, keselamatan, kemaslahatan, dan tanpa kekerasan. Artikel penilitian ini nantinya akan menambah pengetahuan dan tambahan bahan kajian para akademisi-agamawan terkait dinamika gerakan keagamaan khususnya di Indonesia.
The Activity of Sab’u al-Munjiyat Recitation on TMI al-Amien Prenduan Islamic Boarding School for Girls: The Perspective of Anthropology Theory Muhyin, Nabila Fajriyanti; Ningrum, Velida Apria; Aziz, Ach. As'ad Abdul
Al-Qudwah Vol 2, No 2 (2024): July - December
Publisher : UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/alqudwah.v2i2.29272

Abstract

This article aims to reveal the practice of reciting Sab’u al-Munjiyat carried out at Pondok Pesantren Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI) Putri al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura. In daily routines, the students are required to participate in the recitation of Sab’u al-Munjiyat after the congregational Asr prayer. Sab’u al-Munjiyat consists of seven selected surahs from the Qur'an: Surah Al-Sajdah, Yasin, Al-Dukhan, Al-Waqi'ah, Al-Mulk, Al-Insan, and Al-Buruj. This research is a field study and uses a qualitative research method. Data collection was performed through observation, interviews, and document analysis. Data analysis was conducted using the anthropological approach of Heddy Shri Ahimsa-Putra. The findings indicate that the tradition of reciting Sab’u al-Munjiyat at Pondok Pesantren TMI al-Amien Prenduan originated from an innovation by the student organization (ISTAMA), which is based on the transmission of prophetic traditions that can still be preserved today. This is supported by numerous hadiths that describe the virtues of reciting these surahs. The structure of the recitation tradition at Pondok Pesantren TMI Putri al-Amien Prenduan can be classified into two structures: the subject structure and the structure of the Sab’u al-Munjiyat recitation. The function of this recitation tradition is to understand and seek the benefits of these seven chosen surahs, to seek safety, and to contribute to the development of Qur’anic character among the students.Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kegiatan pembacaan sab’u al-munjiyat yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI) Putri al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura. Dalam kesehariannya para santri diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pembacaan sab’u al-munjiyat usai salat ashar berjamaah. Sab’u al-munjiyat merupakan kumpulan tujuh surah pilihan di dalam Al-Qur’an, yakni al-Sajadah, Yasin, al-Dukhan, al-Waqi’ah, al-Mulk, al-Insan, dan al-Buruj. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dan dikaji menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan antropologi Heddy Shri Ahimsa-Putra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi pembacaan sab’u al-munjiyat di Pondok Pesantren TMI al-Amien Prenduan bermula dari salah satu inovasi program pengurus organisasi santri (ISTAMA), yang memiliki landasan sebagai bentuk transmisi dari tradisi kenabian yang masih dapat dilestarikan hingga generasi saat ini. Hal tersebut berlandaskan dari banyaknya hadis-hadis yang menjelaskan keutamaan tentang seseorang yang membaca surah-surah tersebut. Adapun struktur yang terdapat dalam tradisi pembacaan yang ada di Pondok Pesantren TMI Putri al-Amien Prenduan dapat diklasifikasikan menjadi dua struktur, yaitu struktur subjek dan struktur pembacaan sab’u al-munjiyat, sedangkan fungsi dari tradisi pembacaan sab’u al-munjiyat untuk mengetahui dan mengharapkan fadilah dari tujuh surah pilihan, mengharapkan keselamatan, serta upaya dalam pembentukan karakter qur’ani dalam diri para santri.
Identity and Diversity in the Hudoq Dance: A Review of Religious Moderation Based on Ancestral Heritage Among the Dayak Tribe Robbaniyah, Nur; MJ, Noer Hidayat; Ningrum, Velida Apria; Ulya, Nur Afina
An-Nida' Vol 47, No 1 (2023): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v47i1.25321

Abstract

The study of culture in the Dayak Wehea community continues to evolve, but various studies often overlook an examination of the religious identity displayed. This religious identity becomes a practice of religious moderation born in the Dayak Wehea community. Therefore, the author investigates how religious moderation is displayed through the identity and symbols contained in the Hudoq dance in the Dayak Wehea community. This article aims to discuss the Hudoq dance as one form of identity and heritage-based diversity in the Dayak Wehea tribe, particularly in the context of examining religious moderation. The Hudoq dance is not only an ethnic identity but also an ancestral heritage, serving as a religious practice in the community. This research combines field and literature studies, collecting data through interviews, documentation, and relevant literature. The data is discussed using a descriptive-analytical method with a qualitative approach. The article concludes that the practice of religious moderation in the Dayak Wehea community can be observed through the religious values displayed in the Hudoq dance. These religious values include the principles of unity, peace, tolerance among religious communities, and the balance between humans and the universe. The religious values presented in the rice harvest festival and the Hudoq dance contribute to the creation of unity and harmony in the Dayak Wehea community and its surroundings. Abstrak: Kajian tentang kebudayaan di masyarakat Dayak Wehea terus mengalami perkembangan namun berbagai kajian yang ada luput mengkaji identitas keberagamaan yang ditampilkan. Identitas keberagamaan ini menjadi praktik moderasi beragama yang dilahirkan di masyarakat Dayak Wehea. Oleh karena itu penulis meneliti bagaimana moderasi beragama ditampilkan melalui identitas dan simbol yang terkandung dalam tarian Hudoq di masyarakat Dayak Wehea. Artikel ini bertujuan mendiskusikan tentang tarian Hudoq, sebagai salah satu bentuk identitas dan keragaman berbasis warisan leluhur pada suku Dayak Wehea, khususnya dalam meninjau moderasi beragama. Tari Hudoq merupakan tari yang tidak hanya menjadi identitas kesukuan sekaligus warisan leluhur, tetapi juga menjadi praktik keagamaan di masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian lapangan dan pustaka sekaligus, sehingga data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, serta literatur-literatur terkait topik kajian. Data-data tersebut didiskusikan dengan menggunakan metode deskriptis-analitis dengan pendekatan kualitatif. Artikel ini menyimpulkan bahwa pengamalan moderasi beragama yang berkembang di masyarakat Dayak Wehea dilihat melalui nilai-nilai keagamaan yang ditampilkan dalam tari Hudoq. Nilai-nilai keagamaan ini meliputi nilai persatuan, perdamaian, toleransi antar umat beragama, dan nilai keseimbangan antara manusia dengan alam semesta. Nilai-nilai agama yang ditampilkan pada kegiatan pesta padi dan tari Hudoq menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat Dayak Wehea dan sekitarnya.