This study was conducted to explore President Joko Widodo's symbolization of his son, Gibran Rakabuming Raka, in the context of the 2018 Solo Pilkada and 2024 Presidential Election political contestation. The analysis was conducted using Roland Barthes' (1972) symbolization theory as the main framework and enriched with the media framing perspective according to Entman (1993). This study uses a cultural studies perspective with a focus on how the media forms President Jokowi's symbolization narrative towards Gibran. Discourse analysis is used as a method to examine the narrative represented by the Kompas.com media and the Presidential Secretariat Youtube account as research objects to see how symbolization is built and maintained. The results of the study show that the media played a significant role in framing Gibran as Jokowi’s successor, using symbols of leadership, modesty, and integrity associated with Jokowi. This symbolization not only shaped public perception of Gibran, but also strengthened his political identity in the Indonesian political landscape. The findings of this study indicate that Jokowi’s symbolization of Gibran is an example of how myth and symbolism are used to create political legitimacy in a subtle but effective way, and influence political and social dynamics in Indonesia. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi simbolisasi Presiden Joko Widodo terhadap putranya, Gibran Rakabuming Raka, dalam konteks kontestasi politik Pilkada Solo 2018 dan Pilpres 2024. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori simbolisasi Roland Barthes (1972) sebagai kerangka utama dan diperkaya dengan perspektif framing media menurut Entman (1993). Penelitian ini menggunakan perspektif studi budaya dengan fokus bagaimana media membentuk narasi simbolisasi Presiden Jokowi terhadap Gibran. Analisis wacana digunakan sebagai metode untuk mengkaji narasi yang direpresentasikan oleh media Kompas.com dan akun Youtube Sekretariat Presiden sebagai obyek penelitian untuk melihat bagaimana simbolisasi dibangun dan dipertahankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media memainkan peran signifikan dalam membingkai Gibran sebagai penerus Jokowi, dengan menggunakan simbol-simbol kepemimpinan, kesederhanaan, dan integritas yang diasosiasikan dengan Jokowi. Simbolisasi ini tidak hanya membentuk persepsi publik terhadap Gibran, tetapi juga memperkuat identitas politiknya dalam lanskap politik Indonesia. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa simbolisasi Jokowi terhadap Gibran merupakan contoh bagaimana mitos dan simbolisme digunakan untuk menciptakan legitimasi politik secara halus, tetapi efektif, serta memengaruhi dinamika politik dan sosial di Indonesia.